PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK MELALUI
METODE BERCERITA DENGAN MEMBACAKAN BUKU CERITA ANAK KELOMPOK B DI TK MUSLIMAT
NURUL FAHMI SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2013/2014
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1
Oleh:
Nama
: Desi kistanti
NPM
: 10261712
Jurusan: S1 PG-PAUD
FAKULTAS
ILMU PENDIDIKAN (FIP)
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
VETERAN SEMARANG
2014
PESETUJUAN
Skripsi dengan berjudul “PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK MELALUI
METODE BERCERITA DENGAN MEMBACAKAN BUKU CERITA ANAK KELOMPOK B DI TK
MUSLIMAT NURUL FAHMI SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2013/2014” telah disetujui
oleh Dosen Pembimbing I dan Dosen Pembimbing II, dan disahkan oleh Ketua
Jurusan S1 PG-PAUD dan Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) IKIP Veteran
Semarang pada :
Hari :…………………
Tanggal :………………….
Semarang, Maret 2014
Disetujui
|
Pembimbing I
|
Pembimbing II
|
Dra. SRI
SAYEKTI, M.Si
NIP. 196103111986032002
|
RADENI
SUKMA INDRA DEWI, M.Pd
NIY. 614101983
|
Disahkan
Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan
|
Diketahui
Ketua Program SKGJ PG-PAUD
|
Dra. SRI
SAYEKTI, M.Si
NIP. 1961031119860320002
|
MAULIDYA
ULFAH, M.Pd.I
NIY. 603121984
|
MOTTO
PERSEMBAHAN
MOTTO
1.
Barang Siapa takut menghadapi
kesulitan selamanya ia tak akan maju.
2.
Berlaku hati-hati tidak
dimaksudkan supaya takut melakukan sesuatu, tetapi dimaksudkan bertindak
disaat yang benar.
|
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada :
1. Kedua orang
tuaku yang tercinta
2. Suami dan
anakku yang tercinta
3. Dosen-dosen S1
PG PAUD IKIP Veteran Semarang.
4. Teman-temanku
seperjuangan.
|
KATA
PENGANTAR
Puji syukur,
alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan segala rahmat, hidayah dan karunia-Nya. Sholawat serta salam
terjunjung kepada Nabi Besar Muhammad saw. Penulis sangat bersyukur karena
dapat menyelesaikan karya tulis ini dengan baik dan sesuai yang diharapkan.
Skripsi ini
disusun sebagai salah satu syarat menempuh gelar S1 PG-PAUD Fakultas Ilmu Pendidikan
IKIP Veteran Semarang.
Penulis
menyadari tanpa bantuan bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak tidak dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Untuk itu dalam kesempatan ini dengan
rasa hormat penulis mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada:
1.
Drs. Sukoco, M.Pd, selaku Rektor IKIP Veteran
Semarang.
2.
Dra. Sri Sayekti, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu
Pendidikan IKIP Veteran Semarang.
3.
Maulidya Ulfah, M.Pd.I, Selaku Ketua Program SKGJ PG
PAUD IKIP Veteran Semarang.
4.
Dra. Sri Sayekti, M.Si, Selaku Dosen Pembimbing I
dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi ini.
5.
Radeni Sukma Indradewi, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing
II dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi ini.
6.
Ayah Ibu Suami dan Anakku tercinta yang selalu memberikan
dukungan untuk menyelesaikan skripsi PTK PG PAUD ini.
7.
Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebut satu
persatu yang telah membambantu sehingga selesainya penyusunan skripsi ini.
Penulis
yakin dalam penyusunan skripsi ini banyak kekurangannya oleh karena itu
penulismemohon saran dan kritikkannya untuk perbaikan penulisan kedepan.
Semarang, Mei 2014
Desi Kistanti
|
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL 1
PERSETUJUAN
2
PENGESAHAN
MOTTO
PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR……………………………………………. ………..v
DAFTAR ISI………………………………………………... ……….vi
DAFTAR TABEL………………………………………………… ………..vii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………….. ……….viii
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………. ………..ix
ABSTRAK……………………………………………………….. ……….. x
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………
………..1
Latar Belakang
Masalah……………………… 1
Identifikasi
Masalah….. 2
Analisis
Masalah………………………………… .2
Rumusan
Masalah……………………………………………. . 3
Tujuan Penelitian……………………………………..............3
Manfaat
Penelitian………………………………………… .3
BAB II LANDASAN TEORI……………………………..............
……..4
Pengertian
Berbahasa………………………………………… 4
Tujuan
Pengembangan Berbahasa di Taman Kanak-Kanak…. 4
Karakteristik
Perkembangan Berbahasa Anak Prasekolah……… .5
Empat Keterampilan
Berbahasa……………………………… .6
Mendengar,
Berbicara, dan Awal Membaca dalam Pengembangan Berbahasa……………………………………………………….
9
Hipotesis………………………………………………….......
10
BAB III METODE DAN PELAKSANAAN PENELITIAN……..........
……..11
Metode
Penelitian…………………………………………. ..11
Deskripsi
Penelitian…………………………………….. .14
1. Perencanaan……………………………………………………`.14
2. Pelaksanaan
Penelitian………………………………………..15
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…………… ………..21
Hasil
Penelitian……………………………………………………… .21
Dampak
Penelitian………………………………………………….. .. 21
Kendala
Penelitian………………………………………………….. ..22
Faktor-faktor
Pendukung…………………………………………… .. 22
Alternatif
Pengembangan…………………………………………… .. 23
Pembahasan…………………………………………………………. ..
23
BAB V
PENUTUP…………………………………………………. ……….25
Kesimpulan………………………………………………………….. .
25
Saran dan
Tindak Lanjut……………………………………………. .. 25
Rekomendasi
Operasional…………………………………………….. 26
DAFTAR
PUSTAKA…………………………………………………………………...27
DAFTAR TABEL
4.1 Daftar Absensi Anak………………………………………........50
4.2 Hasil Penilaian Siklus I…………………………………………54
4.3 Hasil Penilaian Siklus I…………………………………………55
4.4 Hasil Penilaian Siklus II………………………………………..60
4.5 Hasil Penilaian Siklus II………………………………………..61
4.6 Hasil Perkembangan Anak pada Siklus I………………………62
4.7 Rekapitulasi Penilaian Siklus I…………………………………63
4.8 Hasil Penilaian Penelitian Siklus I……………………………..64
4.9 Hasil Perkembangan Anak pada Siklus II………………….......65
4.10 Rekapitulasi Penilaian Siklus II……………………………….66
4.11 Hasil Penilaian Penelitian Siklus II……………………………67
DAFTAR GAMBAR
2.1
Kerangka Teori Modifikasi dari Hurlock (1995)
dan Mustiroh, et al (2005)……………………………………………………………………34
2.2
Kerangka Berfikir……………..……………………………………..35
3.1
Alur Rencana………………………………..……………………….41
4.1
Struktur Organisasi TK Muslimat Nurul Fahmi……………….……47
5.1
Diagram perkembangan anak siklus I………………………………..
5.2
Diagram perkembangan anak siklus II……………………………..
5.3
Diagram prosentasi perbandingan siklus I dan Siklus II…………..
DAFTAR
LAMPIRAN
1. Dokumentasi
Foto Kegiatan Penelitian
2. Surat
Ijin Penelitian
3. Surat
Pernyataan
4. Surat
Pernyataan Teman Sejawat
5. Rencana
Kegiatan Mingguan
6. Rencana
Kegiatan Harian
7. Dokumen
Pendukung Lainnya
ABSTRAK
PENINGKATAN
KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK MELALUI METODE BERCERITA DENGAN MEMBACAKAN BUKU CERITA
ANAK KELOMPOK B DI TK MUSLIMAT
NURUL FAHMI TAHUN AJARAN 2013/2014
Desi
Kistanti, Semarang, IKIP Veteran Semarang 2014.
Penelitian
ini bertujuan : Untuk meningkatkan kemampuan berbahasa anak khususnya pada
kemampuan menyimak, menceritakan kembali, tanya/jawab dan memahami kosa kata
dengan metode bercerita dengan membacakan buku cerita anak di TK Muslimat Nurul
Fahmi tahun pelajaran 2013/2014 .
Subyek
penelitian ini adalah guru dan anak pada anak kelompok B TK Muslimat Nurul
Fahmi yang berjumlah 14 anak yang terdiri dari 7 anak laki-laki dan 7 anak
perempuan.
Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah dengan observasi dan subjek dan
dokumentasi. Dari hasil analisi Bab IV disimpulkan bahwa “Metode bercerita dengan
membacakan buku cerita anak dapat meningkatkan kemampuan berbahasa anak pada
anak kelompok B di TK Muslimat Nurul Fahmi tahun pelajaran 2013/2014. Rancangan
penelitian tindakan kelas berbentuk siklus-siklus seolah-olah merupakan proses
daur ulang, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan
refleksi.
Dari
siklus-siklus kegiatan yang telah dilaksanakan diperoleh hasil sebagai berikut
: Siklus awal (43%), Siklus I prosentasi siswa yang dapat menyimak,
menceritakan kembali, tanya jawab dan menguasai kosa kata sebanyak 7 anak (50%),
pada siklus II disajikan dengan membacakan buku cerita anak dengan cerita yang
lebih menarik, diselingi beberapa lagu yang ada dalam cerita dan prosentase
keberhasilan menjadi 11 anak (59%), sehingga dapat dikatakan bahwa penelitian
ini telah berhasil.
Kata kunci:
Metode bercerita dengan membacakan buku cerita anak
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Taman Kanak-kanak (TK) sebagai pendidikan prasekolah
berlangsung dalam ikatan tujuan kependidikan. Dalam kaitannya dengan
pengembangan kemampuan berbahasa sebagai salah satu program kegiatan belajar,
TK memiliki tujuan agar anak mampu berkomunikasi secara lisan. Agar tujuan
pembelajaran tersebut dapat dicapai secara optimal, guru sebagai pengemban
pendidikan mempunyai peranan dan andil yang sangat besar. Berbagai model
interaksi pembelajaran yang digunakan sangat besar pengaruhnya terhadap
pencapaian tujuan tersebut. Seorang anak mempunyai potensi untuk menyerap
segala hal lebih cepat sehingga lebih mudah membentuk dan mengarahkan dirinya,
hal tersebut sesuai dengan tujuan program Kegiatan Belajar Taman Kanak-kanak,
(Depdiknas, PKB TK GBPKB TK, 1996 : 1) yaitu untuk “meletakkan dasar kearah
perkembangan sikap, pengetahuan, ketrampilan dan daya cipta yang diperlukan
oleh anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk
pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya”.
Masa perkembangan
bicara dan bahasa yang paling intensif pada manusia terletak pada 3
tahun pertama dari hidupnya, yakni satu periode dimana otak manusia berkembang
dalam proses mencapai kematangan.
Kemampuan bicara dan berbahasa pada manusia ini akan
berkembang dengan baik dalam suasana yang dipenuhi suara dan gambar, serta secara terus menerus
berhubungan dengan bahasa dan pembicaraan dari manusia lainnya. Penelitian
membuktikan bahwa terdapat “masa kritis” dalam perkembangan bicara dan bahasa
pada bayi dan anak. Sebagian ahli menyatakan bahwa masa kritis ini terjadi
sejak lahir hingga usia 5 tahun. Dalam masa ini perkembangan otak bayi dan anak
sedang mengalami kemampuan maksimal dalam menyerap bahasa. Kemampuan seorang
anak dalam mempelajari bahasa akan lebih sulit dan mungkin kurang efisien dan
efektif, jika masa kritis ini dibiarkan lewat begitu saja tanpa memperkenalkannya
pada bahasa.
Anak bervariasi dalam perkembangan bahasa dan kemampuan
bicaranya, akan tetapi dalam rentang perkembangan yang begitu panjang, terdapat
perubahan-perubahan penting dalam waktu-waktu tertentu yang terjadi pada anak.
Perubahan-perubahan penting tersebut dapat diidentifikasi dan dapat di
jadikan petunjuk bagi suatu perkembangan yang normal.
Pada umumnya anak mencapai keterampilan yang sederhana sebelum mempelajari
kemampuan yang lebih rumit.
Guru seharusnya menyadari bahwa mengajar merupakan suatu
pekerjaan yang tidak sederhana dan mudah. Sebaliknya, mengajar sifatnya sangat
kompleks karena melibatkan aspek paedagogis, psikologis dan didaktis secara
bersamaan. Aspek paedagogis menunjuk pada kenyataan bahwa mengajar di sekolah
berlangsung dalam suatu lingkungan pendidikan, oleh karena itu guru harus
mendampingi para siswanya menuju kesuksesan belajar. Aspek psikologis menunjuk
pada kenyataan bahwa para siswa yang belajar pada umumnya memiliki taraf
perkembangan yang berbeda satu dengan yang lainnya, sehingga menuntut materi,
metode, pendekatan yang berbeda antara satu siswa dengan siswa yang lainnya.
Demikian pula halnya dengan kondisi para siswa, kompetensi dan tujuan yang
harus mereka capai juga berbeda. Selain itu, aspek psikologis menunjuk pada
kenyataan bahwa proses belajar itu mengandung variasi. Cara penangkapan siswa
terhadap materi pelajaran tidak sama. Cara belajar juga beragam. Belajar
sendiri dipengaruhi oleh beragam aspek yang saling berkaitan antara satu dengan
yang lainnya.
Guru yang bermutu memungkinkan siswanya untuk tidak hanya
dapat mencapai standar nilai akademik secara nasional, tetapi juga mendapatkan
pengetahuan dan keahlian yang penting untuk belajar selama hidup mereka. (Elaine B, Johnson).
Metode cerita merupakan salah satu pemberian pengalaman
belajar bagi anak TK dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan. Cerita
yang dibawakan guru harus menarik dan mengundang perhatian anak dan tidak lepas
dari tujuan pendidikan bagi anak TK.
Bila isi cerita itu dikaitkan dengan dunia kehidupan anak
TK, maka mereka dapat memahami isi cerita itu, mereka akan mendengarkannya
dengan penuh perhatian, dan dengan mudah dapat menangkap isi cerita.
Dunia kehidupan anak itu penuh suka cita. Maka kegiatan
bercerita harus diusahakan dapat memberikan perasaan gembira, lucu, dan
mengasikkan. Dunia kehidupan anak-anak itu dapat berkaitan dengan lingkungan
keluarga, sekolah, dan luar sekolah. Kegiatan bercerita harus diusahakan
menjadi menarik, yang menggetarkan perasaan anak, dan memotivasi anak untuk
mengikuti cerita itu sampai tuntas.
Berdasarkan pemaparan latar belakang sebagaimana tersebut
di atas, maka peneliti bermaksud untuk meneliti, mengkaji, menganalisis dan
membahas dalam penelitian yang berbentuk skripsi dengan judul :
”Peningkatan kemampuan berbahasa anak
melalui metode bercerita dengan membacakan buku cerita anak kelompok B di TK
Muslimat Nurul Fahmi Kalikeji, Bulakan’’.
B.
Identifikasi
Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat
ditemukan identifikasi masalah sebagai berikut:
1.
Hasil belajar anak dalam perkembangan bahasa dan
imajinasi anak kurang memuaskan.
2.
Anak kurang tertarik terhadap metode cerita.
3.
Kemampuan bercerita anak perlu dikembangkan dengan
optimal.
C. Rumusan Masalah
Dalam membahas
metode cerita dalam mengembangkan bahasa dan imajinasi anak, peneliti membuat
beberapa rumusan masalah sebagai pedoman dalam pembahasan yaitu :
1.
Bagaimanakah
efektivitas metode cerita dalam mengembangkan bahasa anak di TK
Muslimat Nurul Fahmi Kalikeji - Bulakan?
2.
Bagaimanakah
perkembangan bahasa dan imajinasi anak TK Muslimat Nurul Fahmi
Kalikeji - Bulakan?
3.
Bagaimanakah
efektivitas guru dalam penggunaan metode cerita untuk mengembangkan bahasa dan
imajinasi anak TK Muslimat Nurul Fahmi Kalikeji - Bulakan?
D. Tujuan Penelitian
Dalam suatu penelitian
terdapat tujuan penelitian sebagai dasar yang ingin dicapai dalam suatu
penelitian yang dimaksud. Sebagaimana rumusan masalah yang disebutkan penulis
pada sub bagian di atas, maka tujuan penelitian yang dilakukan peneliti yaitu :
1.
Untuk
mengetahui penggunaan metode cerita dalam mengembangkan bahasa dan imajinasi
anak di TK Muslimat Nurul Fahmi Kalikeji - Bulakan.
2.
Untuk
mengetahui perkembangan bahasa dan imajinasi anak di TK Muslimat
Nurul Fahmi Kalikeji - Bulakan.
3.
Untuk
mengetahui efektivitas metode cerita dalam mengembangkan bahasa dan imajinasi
anak di TK Muslimat Nurul Fahmi Kalikeji - Bulakan.
E. Manfaat Penelitian
Dalam suatu
penelitian terdapat manfaat penelitian sebagai suatu gambaran tentang hal-hal
yang dapat dicapai dalam suatu penelitian yang dimaksud.
Sesuai dengan
rumusan masalah dan tujuan penelitian sebagaimana disebutkan di atas, maka
hasil penelitian ini diharapkan akan membawa manfaat :
1.
Manfaat
Teoritis
Untuk mengetahui
efektifitas Metode Bercerita dalam meningkatkan kemampuan berbahasa anak di
Taman Kanak-kanak
2.
Manfaat
Praktis
a.
Bagi
Anak
1)
Anak
dapat mengembangkan berbahasa dengan
baik
2)
Anak
dapat mengembangkan cerita mereka melalui bahasa dan imajinasinya secara
efektif
b.
Bagi
Guru
1)
Guru
dapat meningkatkan kreatifitasnya dalam melakukan pembelajaran di Taman
Kanak-kanak
2)
Guru dapat mengajar lebih profesional dan
menarik, dan peserta didik merasa lebih diperhatikan, disayang, sehingga
peserta didik tidak merasa jenuh.
c.
Bagi
Institusi Sekolah
Taman Kanak-kanak dapat
menjadikan hasil penelitian yang mengkaji tentang efektivitas metode cerita
dalam mengembangkan bahasa dan imajinasi anak TK Muslimat Nurul Fahmi Kalikeji
- Bulakan, dapat dipakai sebagai suatu rujukan dalam menggunakan metode cerita
dengan ideal dan sekaligus mengembangkan bahasa anak dalam rangka meningkatkan
kemampuannya.
BAB II
LANDASAN
TEORI
A.
Cerita
1. Pengertian
cerita
Pengertian bercerita dikemukakan oleh Kusniati (2005)
dalam Dhieni, dkk (2005) yaitu suatu kegiatan yang dilakukan seseorang secara
lisan kepada orang lain dengan alat atau tanpa alat tentang apa yang harus
disampaikan dalam bentuk pesan, informasi atau hanya sebuah dongeng yang untuk
didengarkan dengan rasa menyenangkan oleh karena orang yang bercerita tersebut
menyajikannya dengan menarik. Bercerita adalah menuturkan sesuatu yang
mengisahkan tentang perbuatan atau sesuatu kejadian dan disampaikan secara
lisan dengan tujuan membagikan pengalaman dan pengetahuan kepada orang lain
(Bacrtiar S Bachir: 2005:10). Sedangkan menurut M. Nur Mustakim (2005: 20), bercerita
adalah upaya untuk mengembangkan potensi kemampuan berbahasa anak melalui
pendengaran dan kemudian menuturkannya kembali dengan tujuan melatih
ketrampilan anak dalam bercakap-cakap untuk menyampaikan ide dalam bentuk
lisan. Dengan kata lain bercerita adalah menuturkan sesuatu yang mengisahkan
tentang perbuatan atau suatu kejadian secara lisan dalam upaya untuk
mengembangkan potensi kemampuan berbahasa.
Dari pengertian bercerita di atas dapat disimpulkan bahwa
bentuk cerita bisa berupa pesan, informasi atau dongeng. Di TK cerita yang
paling digemari anak umumnya berbentuk dongeng karena dongeng dapat membawa
anak berfantasi tanpa batas. Selain itu dongeng dapat didramatisasi sedemikian
rupa sehingga menjadi sangat menarik bagi anak.
Mengenai pengertian Metode Bercerita, Kusniati (dalam
Dhieni, 2005) mengatakan bahwa Metode bercerita adalah cara penyampaian atau
penyajian materi pembelajaran secara lisan dalam bentuk ceritera dari guru
kepada anak didik TK. Penyampaian cerita ini biasanya dilakukan pada kegiatan
inti atau penutup yaitu ketika anak-anak mulai lelah melakukan berbagai
aktivitas. Dalam kegiatan bercerita harus terdapat unsur keindahan, kehangatan,
juga imajinasi. Karena bercerita dapat masuk ke alam bawah sadar, di mana alam
bawah sadar inilah yang kemudian paling berperan membentuk karakter atau akhlak
seorang anak. “Jadi kalau dongeng itu diceritakan terus menerus, maka yang masuk ke alam bawah sadarnya
semakin banyak. Nah, kalau ceritanya yang baik-baik, maka yang masuk ke alam bawah sadarnya
tentu yang baik-baik pula. Kalau yang diceriterakan guru kisah-kisah
kepahlawanan, kebaikan, persahabatan, maka akan seperti itulah sifat anak
nantinya.
Melalui cerita, anak mengenal, mengenali kembali, dan
memahami berbagai alternatif penyelesaian konflik non agresi (2005: 47). Cerita
adalah penggambaran tentang sesuatu secara verbal (Rahman, 2002: 89). Cerita
dapat digunakan sebagai alat untuk merangsang aspek perkembangan anak karena cerita
dan aktivitas bercerita identik dengan anak-anak. Hal ini tidak bisa dipungkiri
mengingat cerita memiliki banyak manfaat untuk anak-anak. Musfiroh (2005: 59),
dunia anak berbeda dengan dunia orang dewasa, dunia anak itu dunia bermain,
dunia yang penuh imajinasi, dunia berkembangnya aktivitas motorik, dan
perkembangan fisik, dunia mengenal konsep-konsep baru, dunia berkembangnya
moral dan emosi, dan sebagainya. Selanjutnya mengungkapkan bahwa anak
memperoleh beberapa manfaat melalui cerita antara lain, mengasah imajinasi
anak, mengembangkan kemampuan berbahasa, mengembangkan aspek sosial,
mengembangkan aspek moral, mengembangkan aspek emosi, menumbuhkan semangat
berprestasi, dan melatih konsentrasi anak (Musfiroh. et al. 2005: 78)
2. Bercerita
yang efektif
Untuk dapat bercerita yang efektif, guru perlu
memperhatikan beberapa hal antara lain:
a. Guru harus mulai ‘belajar’ bicara kepada anak
dengan lebih hangat. “Berikan lebih banyak pujian ketimbang kritikan. Kalau
anak diperlakukan dengan hangat, dia akan menjadi orang yang hangat. Sementara
kalau anak diperlakukan dengan keras, mereka akan jadi keras. Bicara dengan
kehangatan ini akan membuat kedekatan dan keakraban hingga kemudian dalam
kondisi itu guru akan mudah menceritakan apa saja pada anak, termasuk
mendongeng. Anak-anak pun akan terbuka kepada gurunya.
b. Agar guru bisa bercerita tentu saja guru
harus banyak membaca buku. Apalagi biasanya buku ceritera anak-anak itu tidak
terlalu tebal, sehingga tidak menghabiskan waktu guru untuk membaca dan menceritakannya
kembali kepada anak-anak. Untuk memulai, guru memang bisa mengambil cerita dari
buku, selanjutnya apa saja yang terjadi di sekitar kita bisa menjadi cerita.
Semua kejadian bisa diceritakan secara menarik, terutama bila guru telah
terbiasa bercerita. Sekali bercerita,
tak perlu terlalu lama. Sekitar 15 menit sampai 20 menit, cukuplah, karena
untuk usia tertentu, misalnya usia balita, perhatian anak-anak cepat teralihkan
kepada hal lainnya. Tapi untuk usia yang lebih besar, bisa jadi waktu bercerita
bisa sampai 1 jam atau lebih, apalagi bila ceritanya menarik. Dalam bercerita
terpenting bukanlah lamanya waktu bercerita. “Yang penting adalah kualitas dan
kuantitasnya. Walau cuma beberapa menit, tapi dilakukan setiap hari, akan lebih
efektif dibanding satu atau dua jam tetapi dilakukan hanya sekali sebulan. Kegiatan
bercerita dapat sangat menggugah dan melibatkan berbagai emosi, mempengaruhi
perilaku, dan menentukan pengambilan keputusan seseorang manakala disampaikan
dengan efektif. Oleh karena itu, cerita bisa digunakan sebagai salah satu cara
dalam mengembangakan karakter kepada anak didik sejak dini.
3. Manfaat bercerita bagi anak
Manfaat yang dapat diperoleh anak dalam penggunaan cerita
bagi anak sebagai berikut:
a.
Mengasah imajinasi anak dapat dimunculkan melalui
pengenalan sesuatu yang baru sehingga otak kanan anak akan produktif memproses
informasi yang diterimanya.
b.
Mengembangkan kemampuan berbahasa yaitu melalui
perbendaharaan kosa kata yang sering didengarnya. Semakin banyak kosa kata yang
dikenalnya, semakin banyak juga konsep tentang sesuatu yang dikenalnya. Selain
melalui kosa kata, kemampuan berbahasa ini juga dapat diasah melalui ketepatan
berbahasa sesuai dengan suasana emosi.
c.
Mengembangkan aspek sosial, yaitu: cerita tidak mungkin
dibangun hanya oleh satu tokoh. Munculnya berbagai tokoh dalam cerita
mencerminkan kebersamaan dalam kehidupan sosial. Dalam cerita anak, tokoh-tokoh
itu saling berkomunikasi dan bersosialisasi satu sama lain.
d.
Mengembangkan aspek moral, yaitu: cerita memiliki peluang
yang sangat besar untuk menanamkan moralitas pada anak. Pesan-pesan yang kental
tentang penanaman di siplin, kepekaan terhadap kesalahan, kepekaan untuk
meminta maaf dan memaafkan, kepekaan untuk menghormati yang tua dan menyayangi
yang muda, dan sebagainya dapat dititipkan melalui para tokoh cerita.
e.
Mengembangkan aspek spiritual melalui cerita dapat
dilakukan dengan cerita-cerita dengan tema keagamaan.
f.
Mengembangkan aspek emosi, yaitu: cerita yang dominan
berisi rasa dendam dan rasa sakit hati yang diceritakan terus menerus pada anak
dapat membentuk emosi yang negatif, yaitu prasangka buruk yang berlebihan,
begitu juga sebaliknya.
g.
Menumbuhkan semangat berprestasi, yaitu: dapat
ditumbuhkan melalui cerita-cerita kepahlawanan, cerita biografi, atau cerita-cerita
yang direka yang memiliki muatan semangat berprestasi.
h.
Melatih konsentrasi anak, yaitu: cerita dapat menjadi
terapi bagi lemahnya konsentrasi anak. Melalui aktivitas bercerita, anak
terbiasa untuk mendengar, menyimak mimik dan gerak sipencerita, atau memberi
komentar di sela-sela bercerita (Musfiroh, et. al., 2005 : 78-82).
Musfiroh (2005:95) ditinjau dari beberapa aspek, manfaat
bercerita sebagai berikut:
a. Membantu pembentukan pribadi dan moral anak.
b. Menyalurkan kebutuhan imajinasi dan fantasi.
c. Memacu kemampuan verbal anak.
d. Merangsang minat menulis anak.
e. Merangsang minat baca anak.
f. Membuka cakrawala pengetahuan anak.
Bachtiar S. Bachri (2005: 11), manfaat bercerita adalah
dapat memperluas wawasan dan cara berfikir anak, sebab dalam bercerita anak
mendapat tambahan pengalaman yang bisa jadi merupakan hal baru baginya.
Manfaat bercerita dengan kata lain adalah menyalurkan
kebutuhan imajinasi dan fantasi sehingga dapat memperluas wawasan dan cara
berfikir anak.
Kegiatan mendengar cerita mengajak anak untuk
bereksplorasi terhadap makna yang terkandung di dalam cerita, selain itu anak
juga dapat diajak untuk mengembangkan daya imajinasinya, misalnya saja
mengimajinasikan seorang pahlawan yang gagah dan berani dan berkhayal
seolah-olah dirinya menjadi seorang pahlawan.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
daya kreasi anak adalah dengan mendengarkan cerita. Melalui kegiatan mendengar cerita,
anak dapat berpikir kritis, imajinatif dan kreatif, selain itu, mendengar cerita
juga dapat mengembangkan kemampuan bahasa, daya imajinasi, daya pikir,
memperbanyak perbendaharaan kata, dan mengembangkan kreativitas.
4.
Langkah-langkah
yang harus dipersiapkan guru dalam bercerita
Seorang pencerita harus melakukan persiapan sebelum bercerita.
Gunawan (2007: 24-45) pada prinsipnya ada tiga elemen penting yang perlu
dipersiapkan, yaitu materi cerita, keterampilan bercerita, dan alat peraga yang
mendukung cerita.
a.
Materi cerita, yaitu adanya persiapan awal, begitu materi
cerita sudah di pilih ada beberapa hal penting yang harus dilakukan, yaitu
mengkaji isi dan misi cerita, membuat alur cerita, serta merancang pembukaan
dan penutupan cerita, sebagai berikut :
1). Mengkaji cerita, yaitu seorang penceritera harus
membaca cerita yang telah dipilih beberapa kali, dan beberapa aspek yang perlu
diperhatikan, yaitu menetapkan tujuan yang spesifik sesuai usia anak yang
menjadi audiens; mengenali tokoh-tokoh dalam cerita; memperhatikan waktu,
lokasi dan jenis kejadian; memilih kata dan kalimat yang sesuai dan mudah
dicermati; menentukan alat bantu (kostum dan alat peraga) yang akan
dipergunakan.
2).
Membuat alur cerita, yaitu seorang pencerita atau pendongeng perlu membuat
ringkasan urutan cerita untuk mempermudah dalam berceritera. Apabila cerita
yang akan disampaikan panjang maka hal tersebut sangat diperlukan agar tetap
menarik perhataian anak.
3).
Merancang pembukaan dan penutupan cerita, yaitu membuka cerita dengan sesuatu
yang berbeda dan kreatif akan membuat anak tertarik untuk menyimak dan
mendengarkan cerita, misalnya di
awali dengan sulap, menirukan suara, dramatisasi, dan dengan tepuk tangan
yaitu anak diajak untuk ”tepuk diam” agar anak memperhatikan, serta dengan
menyembunyikan tokoh. Selain merancang pembukaan seorang pencerita juga harus
merancang penutup cerita. Sebuah cerita membutuhkan penutup yang menarik.
Penutup cerita menjadi begitu penting karena di situlah pesan bisa diselipkan.
Pencerita harus menghindari penutupan dengan pesan yang abstrak dengan kata
lain pencerita harus memberikan penjelasan operasional untuk pendengarnya.
b.
Keterampilan bercerita, yaitu seorang pencerita harus
memiliki keterampilan dalam bercerita, apalagi untuk anak usia dini, agar cerita
dapat dimengerti anak. Keterampilan yang harus dimiliki pencerita, antara lain
olah tubuh, olah suara, olah mimik, dan cara menenangkan anak.
c.
Alat peraga yang mendukung cerita, yaitu penggunaan alat
peraga sangat diperlukan, bukan saja untuk menarik perhatian anak, tetapi juga
untuk membantu anak mengingat, mencerna dan memahami cerita yang disampaikan.
Dalam penyajian sebuah cerita seorang pencerita harus mempelajari teknik dalam
menyajikannya. Musfiroh (2008: 119- 145) mengemukakan bahwa teknik penyajian cerita
adalah sebagai berikut:
1)
Memilih dan mempersiapkan tempat, yaitu aktivitas bercerita
tidak harus dilakukan di dalam kelas. Kegiatan cerita dapat dilakukan di mana
saja, asal memenuhi kriteria kebersihan, keamanan, dan kenyamanan. Tempat yang
dipilih harus ditata sedemikian rupa sehingga semua anak dapat melihat guru
yang sedang bercerita.
2)
Bercerita dengan alat peraga, yaitu cerita dapat
dilakukan dengan berbagai alat bantu yang disebut bercerita dengan alat peraga.
Alat peraga yang digunakan dalam cerita yaitu seperti buku, gambar, papan
panel, boneka dan film bisu. Semua alat peraga membutuhkan keterampilan
tersendiri yang memungkinkan penggunaan alat peraga berfungsi optimal.
3)
Bercerita tanpa alat peraga, yaitu bercerita tanpa alat
peraga disebut juga bercerita secara langsung yang sangat mengandalkan kualitas
suara, ekspresi wajah, serta gerak tangan dan tubuh.
d.
Mengekspresikan
karakter tokoh, yaitu karakter dapat diekspresikan dengan berbagai cara, antara
lain melalui ekspresi visual (raut muka, mulut, mata, air muka, tangan) dan
karakter ekspresi suara. Ciri-ciri tokoh seperti sifat-sifat tokoh, perasaan
dan emosi tokoh dapat diketahui melalui pengekspresian tokoh. Tidak semua
karakter sifat tokoh dapat diekspresikan melalui fitur muka. Meskipun demikian
guru dapat mengembangkan pengekspresian karakter melalui tiga ekpresi dasar
yaitu ekpresi sedih, ekspresi gembira dan ekspresi marah.
e.
Menirukan bunyi dan karakter suara, yaitu bunyi memiliki
arti penting dalam cerita, dan bunyi dalam cerita merupakan bunyi yang esensial
yang tidak memiliki makna secara linguistik. Bunyi-bunyi itu memberikan
gambaran peristiwa yang dapat membuat cerita semakin dramatis dan menarik.
Untuk mengekspresikan suara guru perlu mengenal ciri-ciri prosodi, yakni
tekanan (kata dan kalimat), intonasi, juga pola, melodi dan waktu.
f.
Menghidupkan suasana cerita, yaitu kesemarakan suasana
sangat ditentukan oleh kepiawaian pencerita. Suasana cerita diartikan sebagai
keadaan yang menyertai proses terjadinya penceritaan oleh guru. Teknik untuk
menghidupkan cerita antara lain mengoptimalkan dialog tokoh-tokoh cerita,
mengoptimalkan klimaks cerita, membangkitkan humor di sela-sela cerita,
melibatkan anak dalam cerita melalui pertanyaan dan teguran, melakukan
improvisasi dan interpolasi atau penyiapan unsur-unsur lingual seperti
kata-kata atau kalimat, memanfaatkan alat bantu yang tersedia secara optimal,
berolah suara, mimik, dan pantomimik sehingga membangkitkan minat dan semangat
anak untuk terus menyimak.
g.
Memilih diksi dan struktur cerita, yaitu penggunaan
kalimat dalam cerita harus disesuaikan dengan kapasitas dengar anak.
Kalimat-kalimat yang panjang harus dipotong, kata-kata yang tidak perlu harus
dibuang dan kata-kata yang penting, diulang penggunaannya dalam cerita sehingga
anak menjadi paham apa yang mereka dengar. Sebagai pencerita, guru seyogyanya
dapat memilih dan mengubah diksi (pilihan kata) dan struktur cerita dengan
cepat sesaat sebelum bercerita dan selama bercerita sesuai dengan usia dan
prakiraan kemampuan bahasa anak-anak. Kemampuan memprediksi ini penting untuk
menghasilkan sajian cerita yang memiliki kadar ketersimakan yang tinggi.
B.
Anak
TK
1.
Pengertian
Anak TK
Anak adalah seorang anak yang lahir dari seorang ibu
baik laki-laki maupun perempuan. TK/Taman Kanak-kanak adalah tempat pendidikan
formal bagi anak-anak yang menggunakan program untuk anak usia 4-6 tahun.
Proses belajarnya adalah belajar sambil bermain
dan bermain seraya belajar. Standar tingkat pencapaian perkembangan berisi
kaidah pertumbuhan dan perkembangan yang di capai merupakan aktualisasi potensi semua. Aspek
perkembangan yang diharapkan dapat dicapai anak pada setiap tahap
perkembangannya, bukan merupakan suatu tingkat pencapaian kecakapan akademik.
Anak TK adalah anak usia 4-6 tahun yang belajar pada
pendidikan formal Taman kanak-kanak dimana proses belajarnya adalah belajar
sambil bermain dan bermain seraya belajar.
2.
Standar
tingkat pencapaian perkembangan
Tingkat pencapian perkembangan menggambarkan
pertumbuhan dan perkembangan yang diharapkan dicapai anak pada rentang usia
tertentu. Perkembangan anak yang dicapai merupakan integrasi aspek pemahaman
nilai-nilai agama dan moral, fisik, kognitif, bahasa dan sosial, emosional.
Perkembangan anak berlangsung secara berkesinambungan yang berarti bahwa
tingkat perkembangan yang dicapai pada suatu tahap diharapkan meningkat baik
secara kuantitatif maupun kualitatif pada tahap selanjutnya, walaupun setiap
anak adalah unik karena perkembangan anak berbeda-beda satu sama lain yang
dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal, namun demikian perkembangan
anak tetap mengikuti pola yang umum. Agar anak mencapai tingkat perkembangan
yang optimal, dibutuhkan keterlibatan orang tua dan orang dewasa untuk
memberikan rangsangan yang bersifat menyeluruh dan terpadu yang meliputi
pendidikan, pengasuhan, kesehatan, gizi, dan perlindungan yang diberikan secara
konsisten melalui pembiasaan.
3.
Tingkat
pencapaian perkembangan
a.
Nilai-nilai agama dan moral
1)
Mengenal Tuhan melalui agama yang dianutnya.
2)
Mengucapkan do’a sebelum dan sesudah melakukan
sesuatu.
3)
Mengucapkan salam dan membalas salam.
4)
Memahami perilaku mulia (jujur, penolong, sopan,
hormat dsb).
5)
Membedakan perilaku baik dan buruk.
6)
Mengenal ritual dan hari besar agama.
7)
Menghormati agama orang lain.
b.
Fisik motorik
1)
Menirukan gerakan binatang, pohon tertiup angin,
pesawat terbang dan sebagainya
2)
Melakukan gerakan melompat, meloncat, dan berlari
secara terkoordinasi.
3)
Trampil menggunakan tangan kanan dan tangan kiri.
4)
Melakukan kegiatan kebersihan diri.
5)
Membuat garis vertikal, horizontal, lengkung
kiri/kanan, miring kiri/kanan, lingkaran.
6)
Menggambar sesuai gagasannya.
7)
Meniru bentuk.
c.
Kognitif
1)
Mengklasifikasi benda berdasarkan fungsi.
2)
Mengenal konsep sederhana dalam kehidupan
sehari-hari.
3)
Mengkreasikan sesuatu sesuai dengan idenya sendiri.
4)
Mengurutkan benda berdasarkan ukuran dari paling
kecil ke paling besar atau sebaliknya.
5)
Menyebutkan lambang bilangan 1 – 10.
d.
Bahasa
1)
Menyimak perkataan orang lain.
2)
Mengerti dua perintah yang diberikan bersamaan.
3)
Memahami cerita yang dibacakan.
4)
Mengulang kalimat yang lebih kompleks.
5)
Menjawab pertanyaan sederhana.
6)
Menceritakan kembali cerita / dongeng yang pernah
didengar.
7)
Berkomunikasi secara lisan, memiliki perbendaharaan
kata, serta mengenal simbol-simbol untuk perisapan membaca, menulis dan
berhitung.
8)
Mengenal suara huruf awal dari nama benda-benda yang
ada di sekitarnya.
e.
Sosial – Emosional
1)
Menunjukkan sikap mandiri dalam memilih kegiatan.
2)
Mau berbagi, menolong dan membantu teman.
3)
Mengekspresikan emosi yang sesuai dengan kondisi
yang ada.
4)
Mengenal tata krama dan sopan santun sesuai dengan
nilai sosial budaya setempat.
5)
Menunjukkan rasa percaya diri.
6)
Menghargai orang lain.
C.
Bahasa
1.
Pengertian
Bahasa
Bahasa adalah sarana komunikasi dengan menyimbolkan
pikiran dan perasaan untuk menyampaikan makna kepada orang lain (Hurlock,
1995). Proses bicara melibatkan dua stadium aktivitas mental yaitu membentuk
pikiran termasuk di dalamnya memilih kata-kata yang akan digunakan dan kemudian
mengatur motorik vokalisasi dan kerja yang nyata dari vokalisasi itu sendiri.
Sumiati (1987:1) bahasa adalah ucapan pikiran, dan perasaan seseorang yang
teratur dan digunakan sebagai alat komunikasi antar anggota masyarakat. Dengan
kata lain bahasa adalah ucapan pikiran dan perasaan untuk menyampaikan makna
kepada orang lain yang digunakan sebagai sarana komunikasi.
2.
Tugas-tugas
perkembangan bahasa
Dalam
berbahasa anak dituntut untuk menuntaskan atau menguasai empat tugas pokok yang
satu sama lainnya saling berkaitan (Yusuf, 2004). Keempat tugas pokok
perkembangan bahasa adalah :
a. Pemahaman
Yaitu kemampuan memahami makna ucapan orang lain, dengan
memberikan pengertian agar memahami apa yang sudah dijelaskan sesuai dengan maksud
dan tujuan.
b. Pengembangan perbendaharaan kata
Perbendaharaan kata anak-anak berkembang dimulai secara
lambat pada usia dua tahun pertama, kemudian mengalami tempo yang cepat pada
usia pra sekolah dan terus meningkat setelah anak masuk sekolah.
c.
Penyusunan
kata-kata menjadi kalimat
Kemampuan menyusun kata-kata menjadi kalimat pada umumnya
berkembang sebelum usia 2 tahun. Bentuk kalimat pertama kalimat tunggal
(kalimat satu kata) dengan disertai gesture
(bahasa tubuh) untuk melengkapi cara berfikirnya.
Davis, Garriston
& Mc Carthy (1973) dalam Hurlock (1995) menyatakan bahwa anak
yang cerdas, anak wanita dan anak dari keluarga yang berada, bentuk kalimat
yang diucapkannya lebih panjang dan kompleks dibandingkan dengan anak yang
kurang cerdas, anak pria dan anak yang berasal dari keluarga miskin.
d.
Ucapan
Kemampuan mengucapkan kata-kata merupakan hasil belajar
melalui imitasi (peniruan) terhadap suara-suara yang didengar anak dari orang
lain (terutama orang tua). Kejelasan ucapan itu baru tercapai sekitar usia 3
tahun. Hasil studi tentang suara dan kombinasi suara menunjukkan bahwa anak
mengalami kemudahan dan kesulitan dalam huruf-huruf tertentu. Huruf yang mudah
diucapkan yaitu huruf hidup (vokal) a, i, u, e, o dan huruf mati (konsonan) b,
m, n, p dan t. sedangkan yang sulit diucapkan adalah huruf mati tunggal : z, w,
s, g dan huruf rangkap (diftong) : st, str, sk, dr.
3.
Tipe
perkembangan bahasa
Ada
dua tipe perkembangan bahasa anak yaitu sebagai berikut :
a. Egocentric speech
Yaitu berbicara pada dirinya sendiri (monolog)
b. Socialized
speech
Terjadi ketika berlangsung kontak antara anak dengan
temannya atau dengan lingkungannya. Perkembangan ini dapat dibagi menjadi lima
bentuk yaitu :
1)
Adapted information
Terjadi saling tukar gagasan atau adanya tujuan bersama
yang dicari.
2)
Criticism
Menyangkut penilaian anak terhadap ucapan atau tingkah
laku orang lain.
3)
Command
(perintah), request (permintaan), threat (ancaman)
4)
Question
(pertanyaan)
5)
Answer (jawaban)
4.
Manfaat
Bahasa
Bicara tentang bercerita tentunya tidak akan lepas dari
bahasa. Karena bahasa adalah sarana atau alat dalam bercerita. Perkembangan
bahasa tergantung pada kematangan sel, dukungan lingkungan dan keterdidikan
lingkungan. Berikut ini adalah manfaat bahasa:
a. Sebagai alat untuk berkomunikasi
b. Sebagai alat untuk mengembangkan intelektual anak
c. Sebagai alat untuk menyatakan perasaan dan buah pikiran
kepada orang lain
d. Melalui bahasa, pendengar/penerima akan mampu memahami
apa yang dimaksudkan oleh pengirim berita.
5.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi perkembangan bahasa
Hurlock
(1995) ada beberapa factor yang menyebabkan perbedaan perkembangan bahasa anak
terkait dalam proses belajar berbicara seorang anak diantaranya :
1)
Kesehatan
Anak yang sehat lebih cepat berbicara dibanding anak yang
tidak sehat, hal ini dikarenakan motivasi yang lebih kuat untuk menjadi anggota
kelompok sosial dan berkomunikasi dengan anggota kelompok tersebut.
2)
Kecerdasan
Anak dengan kecerdasan yang tinggi, dalam belajar
berbicara lebih cepat dan memperlihatkan penguasaan bahasa yang lebih baik
dibanding anak yang tingkat kecerdasan yang rendah.
3)
Keadaan
sosial ekonomi
Anak dari keluarga ekonomi mampu lebih mudah belajar
berbicara, pengungkapan perasaan dirinya lebih baik, dan lebih banyak bicara
dibanding anak dari keluarga yang kurang mampu, hal ini dikarenakan anak dari
keluarga berada lebih banyak mendapat dorongan dan bimbingan untuk berbicara
dari anggota keluarga yang lain. Keluarga dengan ekonomi yang rendah cenderung
lebih memfokuskan pada pemenuhan kebutuhan sehari-hari sehingga perkembangan
bahasa anak kurang diperhatikan.
4)
Jenis
kelamin
Anak perempuan lebih cepat belajar berbicara dibanding
anak laki-laki. Pada setiap jenjang umur, kalimat anak laki-laki lebih pendek,
dan kurang benar dalam tata bahasa, kosakatanya pun lebih sedikit dan pengucapan
kata kurang tepat daripada anak perempuan.
5)
Keinginan
berkomunikasi
Semakin kuat dalam berkomunikasi dengan orang lain
semakin kuat motivasi anak untuk belajar berbicara dan semakin bersedia
menyisihkan waktu dan usaha yang dipergunakan untuk belajar.
6)
Dorongan
Semakin banyak didorong untuk berbicara dengan
mengajaknya berbicara dan didorong menanggapinya, akan semakin awal mereka
belajar berbicara dan semakin baik kualitas bicaranya. Di sini orang tua
khususnya ibu sebagai guru yang pertama bagi anak untuk membantu kemampuan
bicara anak. Pendapat ini didukung oleh Sutjiningsih (1995) yang menyatakan
bahwa anak yang mendapat stimulasi yang terarah dan teratur akan lebih cepat
berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang atau yang tidak mendapat stimulasi.
7)
Ukuran
keluarga
Anak tunggal atau anak dari keluarga kecil biasanya
berbicara lebih awal dan lebih baik ketimbang anak dari keluarga besar, karena
orang tua dapat menyisihkan waktu lebih banyak untuk mengajar anaknya
berbicara.
8)
Urutan
kelahiran
Dalam keluarga yang sama, anak pertama lebih cepat
berbicara dibanding anak yang lahir kemudian. Hal ini karena orang tua dapat
menyisihkan waktunya yang lebih banyak untuk mengajar dan mendorong anak yang
lahir pertama dalam belajar dibanding untuk anak yang lahir kemudian.
9)
Metode
pelatihan anak
Anak-anak dalam keluarga otoriter yang menekankan bahwa
“anak harus dilihat dan bukan didengar” di sini terjadi hambatan belajar,
sedangkan keluarga dengan kebebasan dan demokratis akan mendorong anak belajar
bicara.
10)
Kelahiran
kembar
Anak yang lahir kembar pada umumnya mengalami
keterlambatan dalam bicara karena mereka lebih banyak bergaul dengan saudara
kembarnya dan hanya memahami logat khusus yang mereka miliki. Hal ini
melemahkan motivasi mereka untuk belajar berbicara agar dapat dipahami oleh
orang lain.
11)
Hubungan
dengan teman sebaya
Semakin banyak hubungan anak dengan teman sebayanya
menyebabkan semakin besar keinginan mereka untuk diterima sebagai anggota
kelompok sebaya, hal ini akan memperbesar motivasi anak untuk belajar bicara.
12)
Kepribadian
Anak yang dapat menyesuaikan diri dengan baik cenderung
mempunyai kemampuan bahasa yang lebih baik, baik secara kuantitatif maupun
secara kualitatif. Sehingga kemampuan bahasa juga dapat dijadikan sebagai
petunjuk anak yang sehat mental.
6.
Stimulasi
bahasa
Stimulasi adalah perangsangan yang datangnya dari luar
individu. Anak-anak yang banyak mendapat stimulasi akan lebih cepat berkembang
daripada anak yang tidak mendapat stimulasi. Pemberian stimulasi akan lebih
efektif apabila memperhatikan kebutuhan-kebutuhan anak sesuai dengan
tahap-tahap perkembangannya. Pada awal perkembangan, anak berada pada tahap
sensorik motorik. Pada tahap ini keadaan kognitif anak akan memperlihatkan
aktivitas motoriknya, yang merupakan hasil dari stimulasi sensorik. Stimulasi
bermain mendorong perkembangan potensi yang diwarisi. Ini terutama penting
selama bulan-bulan awal kehidupan sebelum anak dapat berjalan dan dapat
melakukan sesuatu sendiri (Hurlock,
1995).
Menurut Suherman (2000) pemberian stimulasi dimulai dari
tahap yang sudah dicapai oleh anak, dilakukan dengan wajar, tanpa paksaan atau
hukuman atau marah bila anak tidak dapat melakukannya. Tujuan tindakan
memberikan stimulasi pada anak adalah untuk membantu anak mencapai tingkat
perkembangan yang optimal atau sesuai dengan yang diharapkan. Stimulasi
disesuaikan dengan umur dan prinsip-prinsip stimulasi. Tindakan pemberian
stimulasi dilakukan dengan prinsip bahwa stimulasi merupakan ungkapan rasa
kasih dan sayang, bermain dengan anak, berbahagia bersama, stimulasi dilakukan
bertahap dan berkelanjutan, serta mencakup empat bidang kemampuan berkembang,
yaitu :
a.
Kemampuan
bergaul dan mandiri (BM).
b.
Kemampuan
berbicara, bahasa dan kecerdasan (BBK).
c.
Kemampuan
gerak kasar (GK).
d.
Kemampuan
gerak halus (GH).
Untuk menstimulasi perkembangan bahasa pada anak, ada
beberapa hal yang dapat dilakukan oleh orang tua, yaitu : mengajak bicara anak,
melontarkan pertanyaan terbuka, membacakan buku/mendongeng, membetulkan ucapan
anak (Suryanah, 1996). Pemberian stimulasi dapat dilakukan oleh keluarga,
program BKB (Bina Keluarga Balita), kelompok bermain, sekolah, perawat anak,
dokter anak, fisioterapis.
D.
Imajinasi
1. Imajinasi secara umum, adalah kekuatan atau proses
menghasilkan citra mental dan ide.
Istilah ini secara teknis dipakai dalam psikologi
sebagai proses membangun kembali persepsi dari suatu benda yang terlebih dahulu diberi persepsi
pengertian. Sejak penggunaan istilah ini bertentangan dengan yang dipunyai
bahasa biasa, beberapa psikolog lebih menyebut proses ini sebagai
"menggambarkan" atau "gambaran" atau sebagai suatu
reproduksi yang bertentangan dengan imajinasi "produktif" atau
"konstruktif".
Gambaran citra dimengerti sebagai sesuatu yang dilihat oleh "mata pikiran". Suatu hipotesis untuk evolusi imajinasi manusia
ialah bahwa hal itu memperbolehkan setiap makhluk yang sadar untuk memecahkan
masalah (dan oleh karena itu meningkatkan fitnes) perseorangan oleh penggunaan simulasi jiwa.
2. Imajinasi bisa disamakan dengan ilusi, khayalan, dan
fantasi karena imajinasi mempunyai kecenderungan “menggelayut” dan tidak
memberikan arahan real dalam identifikasi pengetahuan. Dengan begitu, imajinasi
di nomorduakan
dalam perannya sebagai sumber pengetahuan. Orang sering mengajak kita untuk
berpikir realistis ketika kita mempunyai gagasan yang muluk-muluk. Allan Loy Mc
Ginnis, dalam sebuah buku best seller-nya, The
Power of Optimism (1993) mengatakan bahwa anjuran untuk berpikir realistis
sebenarnya menyembunyikan kekhawatiran-kekhawatiran tertentu. “Worry is
misuse of imagination” (kekhawatiran adalah imajinasi yang disalahgunakan).
Kekhawatiran yang berlebihan menimbulkan kecemasan. Soren Kierkegaard
berpendapat bahwa kecemasan dapat terjadi akibat sikap yang memandang
berlebihan atas bahaya, dan memandang rendah kemampuan kita.
Memaksakan penafsiran dengan mengatakan bahwa imajinasi tidak beda dengan
hayalan, fantasi, atau ilusi, sebenarnya sikap yang kurang jeli. Sesungguhnya,
istilah fantasi itu lebih berkaitan dengan daya membayangkan sesuatu, khususnya
hal yang tidak real atau yang tidak mungkin terjadi. Fantasi sepadan dengan
khayalan. Khayalan merupakan terjemahan dari bahasa Inggris, illusion,
sehingga khayalan juga berarti ilusi. Ilusi secara common sense berarti
ide, keyakinan, atau kesan tentang sesuatu yang jelas-jelas keliru.
Jikalau fantasi (daya yang menghasilkan khayalan) itu biasanya dihubungkan
dengan gambaran objek yang tidak mungkin dan memang tidak ada dalam kenyataan,
maka imajinasi dipahami sebagai daya yang menghasilkan gambaran objek yang
mungkin (potensial ada) atau logis. Imajinasi tidak terkait dengan penggambaran
yang membabi buta tentang suatu objek atau konsep tertentu.
3. Berarti suatu
penggunaan bahasa figuratif untuk menghasilkan gambaran, objek, ide, dalam
pikiran pembaca atau pendengar, sehingga istilah ini sering digunakan oleh para
penyair dalam karya-karyanya. Imaginari sering diartikan sebagai
perumpamaan/tamsil, meskipun ia memiliki arti yang lebih luas dari sekedar
perumpamaan. Selanjutnya, imaginary dalam bahasa Indonesia sering
diartikan sebagai yang imajiner atau khayal; contohnya bilangan imajiner
sebagai bilangan khayal. Akhirnya, kata imagine (kata kerja) berarti
membentuk suatu gambaran mental tentang sesuatu, atau memikirkan sesuatu
sebagai bisa terjadi atau mungkin. Imagine sendiri berarti membayangkan,
meskipun pada prakteknya terdapat perbedaan antara “membayangkan” dan
“mengimajinasikan”. “Membayangkan” mempunyai konotasi sebagai sesuatu yang
lebih mudah dilakukan karena berhubungan dengan sesuatu yang menyenangkan.
Sedangkan “mengimajinasikan” itu merambah wilayah yang lebih luas sehingga
tidak dapat direduksi sebagai sekedar membayangkan. Maka dari itu, imajinasi
lebih tepat diartikan sebagai kekuatan potensial yang telah memberikan
kontribusi berharga bagi lahirnya pengetahuan.
Sekedar untuk membedakan, haruslah diketahui proses pemerolehan pengetahuan
melalui imajinasi dengan melalui berpikir linear dan logis. Berpikir merupakan
aktifitas penelusuran pengetahuan yang telah dibatasi dengan aturan-aturan atau
konsep tertentu yang sifatnya membatasi, bahkan mengikat, misalnya anjuran
berpikir lurus melalui hukum-hukum logika Aristotelian dan adapun cara berpikir
yang tidak mematuhi hukum-hukum logika tersebut dikatakan terjatuh dalam “sesat
pikir” (the fallacy). Sedang dalam berimajinasi tidak lagi dibutuhan
aturan berpikir runtut. Semua konsep kebenaran sementara waktu ditanggalkan dan
ditangguhkan (Derrida menyebut proses ini sebagai differance) dan
membebaskan pikiran untuk melakukan penelusuran tanpa batas guna mencari insight baru yang kedatangannya sering
serentak-mendadak, sehingga pikiran sadar kita tidak dapat melacaknya lagi.
E.
Kerangka
Teori
Gambar 2.1
Kerangka teori
modifikasi dari Hurlock (1995) dan
Musfiroh, et al (2005)
F.
Kerangka
berpikir
Bercerita bagi anak TK Muslimat Nurul Fahmi Kalikeji -
Bulakan dalam pengamatan sementara yang dilakukan oleh peneliti selama proses
pra penelitian diperoleh indikasi bahwa sebagian anak telah memiliki
perkembangan bahasa yang baik juga sudah dapat bercerita sendiri di hadapan
teman-temannya, namun demikian sebagian lagi belum memiliki kemampuan bercerita
dengan bahasa yang baik. Selain indikasi tersebut, terdapat pula indikasi bahwa
perkembangan bahasa dan imajinasi anak dipengaruhi oleh adanya pengajaran
metode cerita yang kurang efektif pada anak di TK tersebut.
Oleh karena itu, dalam rangka meminimalisir spekulasi
pendapat tentang kebenaran realitas sementara yang diperoleh peneliti dalam
pengamatan pra penelitian tersebut maka peneliti bermaksud mengadakan
penelitian dengan judul efektivitas metode cerita dalam mengembangkan bahasa
dan imajinasi anak TK Muslimat Nurul
Fahmi Kalikeji - Bulakan.
Hal ini dimaksudkan untuk lebih meningkatkan dan memaksimalkan penggunaan
metode cerita dalam mengembangkan bahasa dan imajinasi anak di TK tersebut.
Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat ditegaskan
bahwa efektivitas metode cerita dalam mengembangkan bahasa dan imajinasi anak
TK sebagaimana dapat dilihat pada skema berikut :
Gambar 2.2 Kerangka berpikir
G.
Hipotesis
Beradasarkan kajian pustaka dan
kerangka berpikir di atas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
Bagaimanakah perkembangan bahasa
dan imajinasi anak TK Muslimat Nurul Fahmi Kalikeji - Bulakan melalui cerita?
Dalam pelaksanaan penelitian
tindakan kelas ini diharapkan di masa yang akan datang anak lebih berkembang
bahasanya dan imajinasinya melalui metode bercerita. Selain itu, dengan
bercerita anak dapat mengekspresikan imajinasinya dalam bentuk kegiatan yang
lainnya.
BAB III.
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis
penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Pendekatan kualitatif
adalah prosedur penulisan yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (S.
Margono, 2000 : 105). Data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan
angka-angka.
Metode
penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif yaitu suatu metode yang
menggunakan proses berpikir yang dimulai dengan mengumpulkan data melalui
wawancara mendalam dengan beberapa informan yang dianggap mengetahui dan
memahami masalah penelitian, kemudian dari data yang terkumpul ditarik suatu
kesimpulan. Ciri khas metode kualitatif ialah pengungkapan fenomena, tanpa
harus menyajian berbagai penjelasan kuantitatif. Penelitian yang digunakan oleh
peneliti adalah penelitian tindakan kelas, yaitu penelitian yang mengambil
permasalahan yang ada dikelas.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
a.
Tempat
penelitian
Penelitian
ini dilakukan di TK Muslimat Nurul
Fahmi Kalikeji - Bulakan.
b.
Waktu
penelitian
Pada
penelitian ini, waktu penelitian yang dilakukan untuk melaksanakan penelitian
di TK Muslimat
Nurul Fahmi Kalikeji - Bulakan tahun pelajaran 2013/2014 yaitu mulai bulan April sampai dengan bulan Juni 2014.
C. Populasi dan Sample
Pada
penelitian kualitatif, peneliti memasuki situasi tertentu, melakukan observasi
dan wawancara kepada orang-orang yang dipandang tahu tentang situasi tersebut.
Penentuan sumber data pada orang yang diwawancarai dilakukan secara purposive yaitu dipilih dengan
pertimbangan dan tujuan tertentu. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh
murid TK Muslimat Nurul Fahmi Kalikeji - Bulakan sejumlah 24 anak yang terdiri dari 2 kelas/ruangan. Sampel yang diambil dalam penelitian ini
yaitu kelompok B yang terdiri dari 14 anak dengan rincian 7 anak laki-laki dan 7 anak perempuan. Sebagai crosscheck yang selanjutnya disebut sebagai informan dalam
penelitian ini adalah orang tua murid selaku pihak yang dianggap lebih memahami
atau mengetahui perkembangan anak serta guru TK Muslimat Nurul Fahmi Kalikeji -
Bulakan selaku pihak yang membimbing anak selama di sekolah.
D.
Rencana Kegiatan
1. Siklus I
a.
Tahap
perencanaan
Peneliti merancang
kegiatan yang akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran di Taman Kanak-kanak,
jenis kegiatannya adalah menggunakan metode cerita seperti : anak duduk melingkar di karpet dan
peneliti duduk dikursi kecil, kemudian peneliti bercerita dengan cerita yang
singkat. Anak-anak mendengarkan cerita kemudian anak-anak boleh bertanya dan
menjawab.
b.
Tahap
pelaksanaan kegiatan pengembangan
Peneliti melakukan
kegiatan pengembangan dengan tujuan untuk mengatasi kesulitan belajar anak.
Peneliti menggunakan apersepsi bertujuan memberi pengarahan pada anak seperti
tanya jawab, bercakap-cakap, berani bertanya secara sederhana, sehingga
anak-anak akan merasa seperti mengungkapkan idenya sesuai dengan bahasa anak.
c.
Tahap
pelaksanaan observasi
Observasi
dilaksanakan oleh peneliti dengan wawancara, lembar penilaian kognitif untuk
mengembangkan kemampuan anak.
d.
Tahap
pelaksanaan refleksi
Setelah pelaksanaan
tindakan dilakukan, peneliti melakukan analisis mengenai hasil observasi anak
dan hasil wawancara. Hal ini untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari tindakan
pelaksanaan pembelajaran.
2. Siklus II
Berdasarkan
refleksi pada siklus I, peneliti menyimpulkan perlu adanya tindak lanjut pada
siklus II. Pelaksanaannya sama seperti yang telah dilaksanakan pada siklus I.
Namun pada siklus II kegiatan pengembangan lebih dioptimalkan sehingga pada siklus
II akan memperoleh hasil peningkatan belajar anak yang memuaskan sesuai dengan
tujuan penelitian.
a.
Tahap
perencanaan
Peneliti melaksanakan
penyempurnaan rencana pembelajaran yaitu kegiatan pengembangan yang akan
digunakan baik dari media, metode, penguasaan teori. Peneliti menyiapkan lembar
penilaian anak, lembar observasi anak, lembar wawancara sehingga diharapkan
hasil belajar anak tentang efektivitas penggunaan metode cerita dalam
mengembangkan bahasa dan imajinasi anak TK Muslimat Nurul Fahmi Kalikeji membuahkan
hasil yang optimal
b.
Tahap
pelaksanaan kegiatan pengembangan
Tahap ini lebih
optimal dan memberi respon positif, anak merasa senang melakukan pengembangan
bahasa dengan menggunakan metode cerita. Peneliti melakukan penelitian baik
dari proses maupun hasil belajar anak. Penilaiannya meliputi : observasi,
lembar penilaian, kemampuan bahasa, lembar wawancara.
c.
Tahap
pelaksanaan observasi
Observasi
dilaksanakan pada saat proses penelitian sampai hasil dari pelaksaan kegiatan
pembelajaran tersebut.
d.
Tahap
pelaksanaan refleksi
Peneliti
menganalisis terlebih dahulu berdasarkan data yang ada untuk mengetahui
kekurangan dan kelebihan dari proses pembelajaran yang dilakukan.
ALUR RENCANA SIKLUS I
ALUR
RENCANA SIKLUS II
Gambar 3.1 Alur rencana
F.
Pengumpulan
Data
1. Penilaian praktek menceritakan pengalaman atau kejadian
secara sederhana dengan runtut yang dilakukan oleh sampel dalam penelitian ini
yaitu murid TK Muslimat
Nurul Fahmi Kalikeji - Bulakan.
2. Wawancara
Wawancara
mendalam yaitu wawancara perorangan secara mendalam disusun berdasarkan
informasi yang telah dikumpulkan untuk menggali lebih dalam tentang kemampuan
bercerita atau pengungkapan pengalaman atau kejadian murid TK Muslimat Nurul Fahmi Kalikeji -
Bulakan. Dalam penelitian ini wawancara mendalam dilakukan pada guru TK
Muslimat
Nurul Fahmi Kalikeji - Bulakan.
Penyusunan pedoman wawancara dilakukan sebelum penelitian dilakukan. Petunjuk
wawancara hanyalah berisi wawancara untuk menjaga agar pokok-pokok yang
direncanakan dapat tercakup seluruhnya. Pelaksanaan wawancara dan urutan pertanyaan
disesuaikan dengan keadaan subyek dalam konteks wawancara yang sebenarnya.
3.
Dokumentasi
Melakukan
dokumentasi sebagai bukti data primer berupa buku-buku, catatan lapangan dan
foto.
4.
Pengolahan dan Analisa Data
Data yang
diperoleh selanjutnya diolah melalui beberapa tahapan, yaitu :
1). Editing
Meneliti kembali dan mengedit lembar catatan serta
meneliti kelengkapan data yang ada.
2). Pemasukan data (entry
data)
Kegiatan memasukkan data-data yang diperoleh ke dalam
computer.
3). Interpretasi data
Kegiatan membaca hasil dan mengubahnya menjadi bentuk
yang lebih dipahami.
4). Penyajian
data
Teknik pengolahan data yang digunakan adalah deskriptif
untuk menggambarkan gejala pada objek yang diamati.
Analisa data
dalam penelitian kualitatif pada prinsipnya berproses secara analisa deskripsi
(content analysis). Aktivitas dalam
analisa data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara
terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Adapun urutan
aktivitas dalam analisa data, yaitu data reduction, data display,
dan conclusion drawing/verification.
Analisa data
dilakukan dengan cara :
1.
Data Reduction
Aktivitas
data reduction (data reduksi)
dilakukan dengan mereduksi data yang berarti merangkum, memilih hal-hal yang
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan
demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas
dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan
mencarinya bila diperlukan.
2.
Data Display
Penyajian
data kualitatif dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat (naratif), Tabel,
bagan, grafik, matriks atau chart. Penyajian data akan memudahkan peneliti
untuk memahami apa yang terjadi.
3.
Conclusion Drawing/Verification
Tahapan
penyimpulan dilakukan untuk memperoleh gambaran yang umum dan menyeluruh dari objek
penelitian.
BAB IV
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Sejarah
Berdirinya TK Muslimat
Nurul Fahmi Kalikeji – Bulakan.
TK
Muslimat
Nurul Fahmi Kalikeji - Bulakan merupakan salah satu pendidikan formal anak usia dini satu-satunya
yang ada didukuh kalikeji.
Taman
Kanak-kanak Muslimat Nurul Fahmi Kalikeji - Bulakan yang berdiri pada tahun 2009, sekarang memiliki 24 peserta didik, 1 kepala TK, 2 guru kelas, 1 guru ekstra kurikuler agama.
Anak-anak
Taman Kanak-kanak Muslimat Nurul Fahmi Kalikeji - Bulakan sebagaimana di TK lain mereka belajar
sambil bermain dan bermain seraya belajar. Berbagai kegiatan dilakukan oleh
guru untuk mengembangkan potensi yang ada pada anak.
1. Struktur
Organisasi
Pada pendidikan formal seperti di Taman Kanak-kanak tentu
memilliki struktur organisasi guna memberikan kemudahan dalam kepemimpinan
untuk mengawasi dan menjalankan proses belajar mengajar di Taman Kanak-kanak.
Dengan terbentuknya struktur organisasi diharapkan
pendidikan Taman Kanak-kanak akan lebih mampu mengembangkan dan meningkatkan
kemampuan anak didiknya, begitu juga terbentuknya kerjasama yang bagus dengan
tanggung jawab yang tinggi pada setiap bagiannya.
Gambar struktur organisasi Taman Kanak-kanak Muslimat
Nurul Fahmi Kalikeji –
Bulakan terlihat pada
gambar berikut ini:
Gambar 4.1 Struktur Organisasi TK Muslimat
Nurul Fahmi Kalikeji-Bulakan
2. Profil
TK
1). Nama Sekolah : TK Muslimat Nurul Fahmi
2). Kode Pos : 53253
3). Desa / Kelurahan :
Bulakan
4). Kecamatan : Belik
5). Kota :
Pemalang
6). Provinsi :
Jawa Tengah
7). Nomorstatistik Sekolah :
8).NPSN :
20359463
9).Telephon :
10).E-Mail :
11).Nama Yayasan : Muslimat Nurul Fahmi
12).Ijin Operasional :
13).Luas Tanah : 21 m2
14).Luas Bangunan : 12,5 m2
15).Denah Sekolah :
16).Daftar Akreditasi Sekolah :
17).Status Sekolah : Swasta
18).Tahun Berdiri : 2009
19).Kegiatan Belajar Mengajar : Pagi
20).Bangunan Sekolah : Milik Sendiri
21).Lokasi Sekolah : Dukuh
22).Jarak kepusat Kota :
3. Visi
dan Misi
TK
Muslimat Nurul Fahmi
VISI:
Mewujudkan lulusan yang cerdas, cakap dan terampil baik secara intelektual
maupun spiritual, memberikan yang terbaik bagi anak berupa ilmu pengetahuan
dengan tidak melupakan pendidikan keimanan dan ketaqwaan.
MISI
:
1) Mengenal
dan memiliki rasa cinta kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW melalui kisah-kisah
islami.
2) Membekali
diri dengan sikap dan akhlaq yang mulia
3) Mengenal
rukun islam dan rukun iman sedini mungkin kepada anak
4) Mengembangkan
daya pikir, kemampuan motoriksosial emosi melalui kegiatan belajar, bermain,
olah raga sdt.
5) Membiasakan
sikap hidup disiplin, rapi, bersih dan sehat dalam kehidupan sehari-hari
6) Membiasakan
bermain dengan permainan yang bermanfaat
4.
Daftar Absensi Anak.
Penulis
cantumkan sebagian nama-nama anak TK Muslimat Nurul Fahmi
Kalikeji tahun pelajaran
2013-2014 sebagai berikut :
Tabel 4.1
Daftar Absensi Anak
No
|
Nama
|
L
/ P
|
Tempat,
Tanggal
Lahir
|
Nama
Orang Tua
|
Pekerjaan
|
Ket.
|
1
|
Aisha resta
|
P
|
Pemalang, 30-07-2009
|
Sutiyarso
|
Tani
|
|
2
|
Aisha Putri A.
|
P
|
Pemalang, 02-12-2008
|
Suyanto
|
Swasta
|
|
3
|
Aisyah Zukhruf
|
P
|
Pemalang, 12-03-2009
|
Nursidik
|
Wiraswasta
|
|
4
|
Anifa Laora S.
|
P
|
Pemalang, 12-01-2009
|
Ali muklis
|
Buruh
|
|
5
|
Balqis Auraning P.
|
P
|
Pemalang, 04-08-2009
|
Sudarto
|
Tani
|
|
6
|
Bayu Triatmojo
|
L
|
Pemalang, 24-12-2008
|
Sugarno
|
Tani
|
|
7
|
Ilham Pratama
|
L
|
Pemalang, 05-04-2009
|
Darsono
|
Wiraswasta
|
|
8
|
M. Farid Rizkieyadi
|
L
|
Pemalang, 07-12-2008
|
Masroh
|
Swasta
|
|
9
|
Mada Ulung J.
|
L
|
Pemalang, 15-03-2009
|
Sugiharto
|
Tani
|
|
10
|
Putri Cahya Mukti
|
P
|
Pemalang,
07-06-2008
|
Yuwanto
|
Buruh
|
|
11
|
Rahma Pambudi
|
P
|
Pemalang, 11-01-2009
|
Budiawan
|
Wiraswasta
|
|
12
|
Rizky Agung L.
|
L
|
Pemalang, 17-05-2008
|
Bagyo
|
Wiraswasta
|
|
13
|
Suci Luviati
|
P
|
Pemalang, 30-10-2008
|
Sumarjono
|
Tani
|
|
14
|
Terentia Bunga S.
|
P
|
Pemalang, 05-12-2008
|
Sumarto
|
Tani
|
|
B. Setting
Pelaksanaan Tindakan
1. Program
Kegiatan Siklus I
a.
Tahap
Perencanaan
Peneliti
merancang kegiatan yang akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran di Taman
Kanak-kanak yaitu menggunakan metode cerita. Sebelum dilaksanakan kegiatan
pembelajaran, guru menyiapkan alat peraga yang akan dipakai dan tempat yang
akan digunakan. Tempat yang nyaman akan memungkinkan anak untuk berkonsentrasi
dalam mendengarkan cerita, sehingga diharapkan anak-anak akan dapat mencerna
isi cerita yang dibacakan oleh guru. Posisi anak-anak duduk dikarpet menghadap
guru dan guru duduk dikursi kecil menghadap anak-anak. Alat-alat yang digunakan
dalam pembelajaran juga disiapkan guru dengan tujuan untuk menarik perhatian
anak.
2.
Tahap
Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan
Peneliti melakukan kegiatan
pengembangan dengan tujuan untuk mengatasi kesulitan belajar anak. Sebelum
memasuki cerita inti, guru menggunakan apersepsi terlebih dahulu dengan
menggunakan tanya jawab, bercakap-cakap dengan harapan agar anak-anak secara
tidak langsung masuk dalam cerita.
a.
Kegiatan
awal 30 menit.
Anak-anak berbaris, berdo’a dan mengucapkan salam.
b.
Kegiatan
inti 60 menit.
Langkah-langkah yang dilaksanakan pada kegiatan berceritera
adalah :
1)
Apersepsi
Apersepsi yang dilakukan guru menggunakan tanya jawab dan
bercakap-cakap dengan harapan agar anak-anak secara tidak langsung masuk dalam cerita.
Guru mengajak semua anak bergabung dalam acara ini.
2)
Anak-anak
mendengarkan cerita guru dengan posisi anak-anak menghadap ibu guru. Guru bercerita
sesuai dengan tokoh yang diperankan walaupun hanya dalam bentuk suara. Sesekali
anak diajak menjadi tokoh dalam cerita yang dibacakan guru.
3)
Setelah
selesai bercerita guru memberikan pertanyaan sederhana seputar cerita, siapa tokoh
dalam cerita, dimana tempat ceritanya dan sebagainnya.
4)
Guru
memberikan kesempatan pada anak untuk menceritakan kembali cerita yang sudah
dibacakan.
5)
Istirahat
30 menit.
6)
Cuci
tangan.
7)
Do’a
mau makan.
8)
Makan
bekal sendiri.
9)
Do’a
sesudah makan.
10) Bermain di halaman sekolah.
3.
Penutup
30 menit.
1.
Ulasan
kegiatan sehari.
2.
Berdo’a,
mengucapkan salam.
3.
Pulang.
4.
Tahap
Pelaksanaan Observasi
Observasi
dilaksanakan oleh peneliti dengan wawancara, lembar penilaian kognitif untuk
mengembangkan kemampuan anak. Guru melaksanakan pengamatan terhadap anak dari
awal hingga akhir dengan lembar pengamatan anak. Pengamatan guru terhadap anak
saat mendengarkan cerita sangat antusias sekali, tetapi untuk pengembangan
bahasa dan imajinasinya sendiri belum berkembang, hal ini bisa dilihat dari
saat anak-anak menceritakan kembali cerita dari guru.
5.
Tahap
Pelaksanaan Refleksi
Setelah melaksanakan
evaluasi pembelajaran, peneliti mencoba merefleksi kembali berdasarkan data
yang diperoleh, dilihat dari kesulitan anak. Peneliti mencoba menemukan tingkat
kelemahan dan kelebihan yang dialami peneliti pada kegiatan tersebut. Anak
kurang memahami isi cerita sehingga dalam menyampaikan/menceritakan kembali cerita,
anak belum lancar dalam bahasanya. Hal ini menimbulkan kesulitan anak dalam
berkomunikasi pada teman atau orang lain.
PENILAIAN SIKLUS I
Tabel 4.3
Hasil Penilaian Siklus I
No
|
Nama
|
Penilaian Peneliti
|
Pemahaman Anak
|
Daya Imanjinasi
|
1
|
Aisha resta
|
C
|
C
|
A
|
2
|
Aisha Putri A.
|
A
|
A
|
A
|
3
|
Aisyah Zukhruf
|
B
|
B
|
C
|
4
|
Anifa Laora S.
|
B
|
A
|
A
|
5
|
Balqis Auraning P.
|
B
|
B
|
A
|
6
|
Bayu Triatmojo
|
C
|
B
|
A
|
7
|
Ilham Pratama
|
B
|
A
|
A
|
8
|
M. Farid Rizkieyadi
|
B
|
A
|
A
|
9
|
Mada Ulung J.
|
C
|
C
|
B
|
10
|
Putri Cahya Mukti
|
A
|
A
|
B
|
11
|
Rahma Pambudi
|
A
|
A
|
B
|
12
|
Rizky Agung L
|
B
|
B
|
C
|
13
|
Suci Luviati
|
C
|
C
|
C
|
14
|
Terentia bunga S.
|
B
|
C
|
C
|
Keterangan :
A Sangat Baik
B Baik
C Cukup
2. Program Kegiatan Siklus II
Berdasarkan
refleksi pada siklus I, peneliti menyimpulkan perlu adanya tindak lanjut pada
siklus II. Pelaksanaannya sama seperti yang pernah dilaksanakan pada siklus I.
Kegiatan pengembangan yang akan dilaksanakan pada siklus II diharapkan lebih
optimal.
3.
Tahap
Perencanaan
Peneliti
merancang kegiatan yang akan dilaksanakan, pertama menyiapkan cerita yang
sesuai dengan tema yang disukai anak-anak. Penataan ruangan disiapkan agar
suasana tampak berbeda dari biasanya, alat peraga yang akan dipakai ditempel
atau dipajang di sekitar ruangan atau di depan ruangan. Setelah alat peraga dan persiapan lain
sudah selesai, anak-anak duduk diatas karpet menghadap kedepan berhadapan
dengan guru.
4.
Tahap
Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan
Peneliti
melaksanakan kegiatan dengan tujuan untuk mengatasi kesulitan belajar anak.
Setelah semua persiapan sudah disiapkan, guru menggunakan apersepsi terlebih
dahulu.
a.
Kegiatan
awal 30 menit.
Anak-anak berbaris, berdo’a dan mengucapkan salam.
b.
Kegiatan
inti 60 menit.
Langkah-langkah
yang dilaksanakan pada kegiatan bercerita adalah :
1)
Apersepsi
Apersepsi bisa
dilaksanakan dengan percakapan sederhana kepada anak, guru mengajak anak-anak
bercakap-cakap tentang seputar isi cerita yang akan dibacakan, dengan tujuan
untuk memancing perhatian anak. Selain dengan percakapan guru dapat
membangkitkan semangat anak dengan tepuk tangan, misal “tepuk diam”
(prok…prok…prok…3x diam).
2)
Mendengarkan
cerita.
Guru mulai bercerita
dengan membacakan judul cerita, satu persatu cerita dibacakan oleh guru dengan
intonasi suara tokoh dan ekspresi wajah yang berbeda-beda. Perubahan ekspresi
wajah dan intonasi suara dapat memberikan gambaran peristiwa yang membuat cerita
semakin menarik sehingga suasana cerita menjadi semakin hidup. Guru mengajak
anak-anak humor disela-sela ceritanya dan juga menjadikan anak sebagai tokoh
dalam ceritanya.
3)
Setelah
selesai bercerita guru memberikan pertanyaan sederhana seputar cerita, siapa tokoh
dalam cerita, dimana tempat ceritanya dan sebagainya. Begitu juga anak-anak dipersilahkan
bertanya kepada guru atau temannya tentang cerita tadi, untuk mengetahui sampai
dimana kemampuan anak mengingat sebuah cerita yang sudah dibacakan.
4)
Guru
memberikan kesempatan pada anak untuk menceritakan kembali cerita yang sudah
dibacakan. Anak-anak maju satu persatu didepan kelas untuk menceritakan kembali
cerita.
5)
Istirahat
30 menit.
6)
Cuci
tangan.
7)
Do’a
mau makan.
8)
Makan
bekal sendiri.
9)
Do’a
sesudah makan.
10) Bermain dihalaman sekolah.
c.
Penutup
30 menit.
1.
Ulasan
kegiatan sehari.
2.
Berdo’a,
mengucapkan salam.
3.
Pulang.
d.
Tahap
Pelaksanaan Observasi
Observasi
dilaksanakan oleh peneliti dengan wawancara, lembar penilaian kognitif untuk
mengembangkan kemampuan anak. Pelaksanaan observasi melalui wawancara dengan
anak atau orang tua murid dilakukan peneliti setelah anak-anak selesai
mendengarkan cerita. Anak yang pemahaman bahasanya baik dapat
menyampaikan/mengaktualisasikan cerita dalam bentuk kegiatan yang lain. Dalam
penilaian perkembangan bahasanya, guru memberikan pertanyaan seputar cerita
yang sudah dibacakan seperti siapa tokoh dalam cerita tersebut, dimana tempat ceritanya, hikmah yang diambil dan sebagainya. Wawancara yang
dilakukan peneliti pada orang tua murid sebagian besar dari mereka merasa
senang sekali dengan adanya optimalisasi pelaksanaan metode cerita karena dapat
mengembangkan bahasa dan imajinasi anak, hal ini terbukti dengan berubahnya
pola berpikir anak saat beraktifitas di rumah atau di sekolah. Perubahan
berpikir anak juga terlihat saat kegiatan yang lain dilaksanakan di sekolah,
seperti menggambar bebas, mereka lebih bereksplorasi dalam menggambar.
e.
Tahap
Pelaksanaan Refleksi
Setelah
pelaksanaan tindakan dilakukan, peneliti melakukan analisis mengenai hasil
observasi anak dan hasil wawancara, dengan tujuan untuk mengetahui kelebihan
dan kekurangan dari tindakan pelaksanaan pembelajaran. Pelaksanaan refleksi
yang dilakukan peneliti dengan mengambil kesimpulan dari jawaban anak-anak saat
tanya jawab dilakukan oleh guru, mereka dapat menjawab dengan baik dan dapat
mengungkapkan imajinasinya dalam bentuk kegiatan yang lain. Ada juga anak yang
belum dapat menjawab dan mengungkapkan apa yang ada dibenaknya ke dalam bentuk
kegiatan yang lain tetapi guru tetap memberikan motivasi pada anak agar dapat
menyesuaikan dengan yang lain.
PENILAIAN SIKLUS II
Tabel 4.5
Hasil Penilaian Siklus II
No
|
Nama
|
Penilaian Peneliti
|
Pemahaman Anak
|
Daya Imanjinasi
|
1
|
Aisha resta
|
C
|
A
|
B
|
2
|
Aisha Putri A.
|
A
|
A
|
A
|
3
|
Aisyah Zukhruf
|
B
|
C
|
A
|
4
|
Anifa Laora S.
|
A
|
B
|
A
|
5
|
Balqis Auraning P.
|
A
|
A
|
A
|
6
|
Bayu Triatmojo
|
C
|
A
|
A
|
7
|
Ilham Pratama
|
A
|
B
|
A
|
8
|
M. Farid Rizkieyadi
|
A
|
A
|
A
|
9
|
Mada Ulung J.
|
B
|
C
|
B
|
10
|
Putri Cahya Mukti
|
A
|
A
|
A
|
11
|
Rahma Pambudi
|
A
|
A
|
A
|
12
|
Rizky Agung L
|
B
|
A
|
A
|
13
|
Suci Luviati
|
C
|
B
|
C
|
14
|
Terentia bunga S.
|
B
|
B
|
B
|
Keterangan :
A Sangat Baik
B Baik
C Cukup
C.
Diskripsi Data
1.
Data
Siklus I
Kegiatan pada
siklus I dilaksanakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan anak terhadap
kegiatan pembelajaran bercerita untuk mengembangkan bahasa dan imajinasi anak
TK Muslimat Nurul Fahmi Kalikeji-Bulakan. Berikut ini disajikan data awal
tingkat keberhasilan anak setelah pelaksanaan kegiatan bercerita untuk
mengembangkan bahasa dan imajinasi anak, yaitu sebagai berikut : Tabel hasil
anak, tabel rekapitulasi penilaian kemampuan anak.
Tabel
4.8
Hasil
rekapitulasi penilaian kemampuan anak Siklus I
No
|
Nilai
|
Kegiatan Pengembangan Pembelajaran
|
Penilaian Peneliti
|
Pemahaman Anak
|
Daya Imanjinasi
|
f
|
%
|
f
|
%
|
f
|
%
|
1
|
A
|
7
|
50%
|
6
|
43%
|
7
|
50%
|
2
|
B
|
4
|
28%
|
4
|
28%
|
3
|
21%
|
3
|
C
|
3
|
21%
|
4
|
28%
|
4
|
28%
|
2.
Data
Siklus II
Kegiatan pada siklus
II dilaksanakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan anak terhadap kegiatan
pembelajaran bercerita untuk mengembangkan bahasa dan imajinasi anak TK
Muslimat Nurul Fahmi Kalikeji-Bulakan. Berikut ini disajikan data awal tingkat
keberhasilan anak setelah pelaksanaan kegiatan bercerita untuk mengembangkan
bahasa dan imajinasi anak, yaitu sebagai berikut : Tabel hasil anak, tabel
rekapitulasi penilaian kemampuan anak.
Dari
perkembangan siklus II digambarkan dengan diagram hari ke-1 sampai hari ke-6
sebanyak 14 anak dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 4.11
Hasil rekapitulasi
penilaian kemampuan anak Siklus II
No
|
Nilai
|
Kegiatan Pengembangan Pembelajaran
|
Penilaian Peneliti
|
Pemahaman Anak
|
Daya Imanjinasi
|
f
|
%
|
f
|
%
|
f
|
%
|
1
|
A
|
7
|
50%
|
8
|
57%
|
10
|
71%
|
2
|
B
|
4
|
28%
|
4
|
28%
|
3
|
21%
|
3
|
C
|
3
|
21%
|
2
|
21%
|
1
|
7%
|
D.
Pembahasan
1.
Siklus
I
Berdasarkan
pengamatan peneliti dalam perkembangan dan daya imajinasi anak sebagai berikut:
anak yang mendapatkan nilai A berjumlah 6 anak, anak yang mendapatkan nilai B
berjumlah 6 anak, dan anak yang mendapatkan nilai C berjumlah 2 anak.
2.
Siklus
II
Berdasarkan
pengamatan peneliti dalam perkembangan dan daya imajinasi anak TK Muslimat
Nurul Fahmi Kalikeji-Bulakan mengalami peningkatan, hal ini dibuktikan pada
hasil pemahaman anak dan daya imajinasi anak pada penilaian sebagai berikut:
anak yang mendapatkan nilai A berjumlah 8 anak, anak yang mendapatkan nilai B
berjumlah 5 anak, dan anak yang mendapatkan nilai C berjumlah 1 anak.
Dari
siklus I ke siklus II kemampuan berbahasa anak melalui metode bercerita dengan
membacakan buku cerita meningkat 14 ٪
yaitu : dari 43 ٪ menjadi 57 ٪
Gambar
5.3
Diagram
kenaikan siklus I dan Siklus I
Kenaikan prosentase
kemampuan berbahasa anak melalui metode bercerita dengan membacakan buku cerita
dapat digambarkan dengan diagram batang ini :
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A.
Simpulan
Berdasarkan
analisa yang dikenakan terhadap data-data yang diperoleh dapatlah diambil
kesimpulan bahwa metode pembelajaran di TK Muslimat Nurul Fahmi
Kalikeji-Bulakan yang beragam
diantaranya :
1. Metode cerita sering dilaksanakan belum
membuahkan hasil, maka peneliti membuat penelitian tentang efektifitas
penggunaan metode cerita dalam mengembangkan bahasa dan imajinasi anak TK
Muslimat
Nurul Fahmi Kalikeji - Bulakan.
2.
Proses bercerita yang biasa dilakukan di taman kanak-kanak adalah guru
bercerita dan anak-anak mendengarkan, bahan cerita yang diceritakan beragam.
Setelah cerita anak-anak boleh bertanya atau menjawab pertanyaan baik dari guru
atau dari teman lainnya.
3.
Perkembangan bahasa dan imajinasi anak dapat berkembang melalui metode cerita
karena adanya keinginan untuk berkomunikasi dan dorongan dari berbagai pihak
pada anak. Keberadaan anak yang beragam membuat semakin bannyak pula aktifitas
yang perlu dilakukan guru demi memberikan yang terbaik untuk anak. Dorongan
dari guru sangat berarti bagi anak karena guru dianggap sebagai figur yang
terbaik bagi anak sehingga apapun yang diperintahkan oleh guru akan
direalisasikan dalam bentuk aktifitas yang bermacam-macam.
a.
Berdasarkan
pengamatan peneliti dalam perkembangan dan daya imajinasi anak TK Muslimat
Nurul Fahmi Kalikeji-Bulakan mengalami peningkatan, hal ini dibuktikan pada
hasil pemahaman anak dan daya imajinasi anak pada penilaian sebagai berikut: pada
siklus I anak yang mendapatkan nilai (●)
6 anak nilai A prosentase 43%, yang mendapatkan nilai ( Ö ) ada 6 anak Nilai B prosentase 43% dan yang mendapat nilai (○) ada
2anak nilai C prosentase 14%,
pada siklus II anak yang
mendapatkan nilai (●) ada 8 nilai A prosentase
57%, yang mendapatkan nilai ( Ö ) ada 5 anak nilai B prosentase 36% dan yang mendapat nilai (○) ada
1anak nilai C prosentase 7%.
Dari siklus I ke siklus II kemampuan
berbahasa anak melalui metode bercerita dengan membacakan buku cerita meningkat
14 ٪ yaitu : dari 43 ٪ menjadi 57 ٪.
B.
Saran
Berdasarkan
pada kesimpulan tersebut di atas, ada beberapa saran yang penulis akan
sampaikan :
1.
Kepada
seluruh dewan guru TK Muslimat Nurul Fahmi Kalikeji-Bulakan agar selalu memberikan dorongan dan motivasi
pada anak demi mengembangkan potensi yang ada pada anak.
2. Kepada wali
murid atau orang tua murid agar mengetahui pentingnya memberikan motivasi dan
dorongan pada anak melalui bimbingannya di rumah.
3.
Kepada
pengasuh anak agar selalu mengawasi perubahan yang terjadi pada anak terutama
dalam perkembangan bahasa dan imajinasinya sehingga dapat memberikan dorongan
pada anak.
DAFTAR PUSTAKA
Bachri, S Bachtiar. 2005. Pengembangan Kegiatan Bercerita,
Teknik dan Prosedurnya. Jakarta: Depdikbud
Depdikbud. 1994. Program Kegiatan Belajar TK.
Jakarta : Depdikbud.
Dhieni, N. 2005. Metode Pengembangan Bahasa. Pusat
Penerbitan Universitas Terbuka Tangerang
Gunawan, Tuti. 2007. Buku Panduan Teknik
Bercerita. Jakarta: PT PenerbitanSarana Bobo
Hurlock, B Elizabeth. 1995. Perkembangan Anak Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Hymes, D. 1974. Foundation in Socioliungstics: An
Ethnographioc Approach.Philadelphia : Univercity of Pennsylvania.
Musfiroh, Tadkiroatun. et al. 2005. Cerita dan
Perkembangan Anak. Yogyakarta: Novila.
Musfiroh, Tadkiroatun. 2008. Bercerita Untuk Anak Usia Dini. Jakarta : Depdiknas.
Muslich, Masnur, Basennang S., dan Nurchasanah, 1987,
1987. Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung,
Jemmars.
Priyatni, Endah Tri. 1997. Pengembangan dan
Pemasyarakatan Alat Permainan Sebagai Alat Peraga Interaktif dalam Pembelajaran
Bahasa Indonesia. Malang : IKIP Malang.
River. W.M. 1987. Interactional Language Teaching.
Cambridge : Cambridge University Oress.
Sampson, Edward G. 1976. Social Psychology and
Contemporary Society. New York: John Willy and Son.W
Mustakim, Nur
Muh. 2005. Peranan cerita dalam
pembentukan pekembangan anak TK. Jakarta : Depdiknas
Nuraeni,E. dan
Ali sofianti.2000. Metode pengembangan
kemampuan berbahasa Buku 2. Bandung : PPPG Tertulis
Muakhir, Ali.
2001. Membelah Lautan. Bandung : Nusa
Media Utama
LAMPIRAN-LAMPIRAN
YAYASAN
MUSLIMAT NURUL FAHMI
KALIKEJI
DESA BULAKAN KECAMATAN BELIK
KABUPATEN
PEMALANG
SURAT
IJIN PENELITIAN
Yang
bertanda tangan dibawah ini Kepala TK Muslimat Nurul Fahmi kalikeji Desa Bulaka
Kecamatan Belik Kabupaten Pemalang dengan ini memberikan ijin kepada :
Nama : Desi kistanti
NPM :10261712
Pekerjaan : Mahasiswi IKIP Veteran Semarang
Untuk
melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas bagi siswa kelas B Semester II di TK
Muslimat Nurul Fahmi kalikeji Desa Bulakan Kecamatan Belik Kabupaten Pemalang
tahun pelajaran 2013/2014 yang akan dilaksanakan mulai tanggal 10 April sampai
dengan 10 Juni 2014.
Demikian
surat ijin Penelitian Tindakan Kelas ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana
mestinya.
Bulakan,
22 Mei 2014
Kepala
TK Muslimat Nurul Fahmi
Khotimah
|
Alamat : Dukuh kalikeji,
Desa Bulakan Kecamatan Belik Kabupaten Pemalang
SURAT
PERYATAAN
Yang
bertanda tangan dibawah in :
Nama : Desi kistanti
NPM : 10261712
Jurusan : SI PG PAUD
Menyatakan
bahwa :
Nama : Nia kurniasih
Jabatan : Guru TK
Unit
Kerja : TK Muslimat Nurul Fahmi
kalikeji-Bulakan
Adalah
teman sejawat yang akan membantu dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang
merupakan tugas mata kuliah skripsi.
Demikian
pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Teman
sejawat
Nia kurniasih
|
Bulakan,
22 Mei 2014
Yang
membuat pernyataan
Mahasiswi
Desi kistanti
|
SURAT PERNYATAAN
KESEDIAAN SEBAGAI TEMAN SEJAWAT
DALAM PENYELENGGARAAN PTK
Yang
bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Nia kurniasih
Tempat
Mengajar : TK Muslimat Nurul
Fahmi
Alamat
Sekolah : Dukuh kalikeji,
Desa Bulakan, Kecamatan Belik, Kabupaten
Pemalang
Menyatakan
bersedia sebagai teman sejawat untuk mendampingi dalam pelaksanaan PTK atas
nama :
Nama :
Desi kistanti
NPM :
10261712
Jurusan : PG PAUD
Alamat
Sekolah : Dukuh kalikeji,
Desa Bulakan, Kecamatan Belik, Kabupaten
Pemalang
Demikian
surat pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Mengetahui
Kepala TK
Muslimat Nurul Fahmi
Khotimah
|
Bulakan,
8 Mei 2014
Teman sejawat
Nia kurniasih
|