Tuesday, December 30, 2014

Penyebab hilangnya pesawat Air Asia



 Penyebab hilangnya pesawat Air Asia QZ 8501 masih misterius. Berbagai spekulasi muncul. Namun, keputusan tetap berangkatnya pesawat meski ada fakta bahwa awan Comulunimbus (CB) membentang panjang menghalangi lintasan terbang, menjadi pertanyaan.
   
Pengamat penerbangan Capt Sumarwoto mengungkapkan kalau awan CB ketika kecelakaan terjadi sudah terbentuk seperti pagar. Berdasar foto satelit dari BMKG, panjangnya sekitar 100 mil (160,9 kilometer). Awan tersebut membentang mulai dari di atas sekitar Bangka Belitung hingga di atas Kalimantan Selatan.
   
"Ini (awan) jangan ditembus. Saya juga tidak tahu kenapa keputusannya tetap terbang dan juga tetap lewat jalur tersebut," kata Sumarwoto saat dihubungi kemarin (28/12).
   
Mantan tes pilot PT Dirgantara Indonesia itu melanjutkan kalau awan CB itu sangat berbahaya bagi sebuah penerbangan. Sebab, kata dia, di awan tersebut mengandung listrik dan es. "Nggak boleh sampai menabrak," tandasnya.
   
Dia melanjutkan bahwa dengan bentangan awan CB yang begitu panjang tersebut, menurut dia, pilihannya seharusnya hanya tinggal dua. Yaitu, menunda penerbangan atau memindah jalur.
      
Sebagaimana diketahui, jalur penerbangan itu seperti jalan. Untuk menuju tujuan tertentu tidak boleh seorang pilot seenaknya menggunakan jalur lainnya. Termasuk, soal ketinggian yang juga telah diatur sesuai jalur masing-masing.
      
Berdasar keterangan yang dihimpun, ketika menghadapi di depannya adalah awan CB, pilot pesawat QZ 8501 sempat meminta izin ke menara pantau untuk belok kiri dan menaikkan ketinggian. Permohonan belok kiri sudah mendapat lampu hijau. Sedangkan, izin untuk naik belum sempat turun, namun pesawat sudah lebih dulu lost contact.
      
"Kemungkinan pertama, pesawat sudah mengalami icing," kata Sumarwoto menjelaskan sejumlah kemungkinan penyebab kecelakaan. Kondisi itu adalah ketika udara yang disedot mesin pesawat membeku menjadi es. Selain suhu dingin, awan udara di awan CB juga banyak mengandung air.
      
"Mesin kemudian blame out, bahkan kompresor bisa rompal," lanjut satu dari dua tes pilot N-250 saat pertama terbang tersebut.    
      
Kemungkinan yang lain, ungkap dia, adalah situasi unusual attitude. Yaitu, ketika sistem auto pilot menjadi tidak bisa lagi mampu mengendalikan pesawat.

Umumnya, karena pesawat menemui cuaca buruk, semisal menabrak awan aktif. Ketika itu, turbulensi kemudian menjadi sangat parah. Hidung pesawat lalu naik dan saat titik tertentu kemudian stall (jatuh).
      
"Nah, ini jika pilot terlambat merecovery seper sekian detik, unusual attitude makin tak terkendalai dan secara spiral drive pesawat menghunjam ke bawah," bebernya.
      
Sumarwoto menilai dua kemungkinan itu sama-sama terbuka terjadi pada pesawat Air Asia. Hal itu mengingat situasi cuaca sebagaimana tergambar berdasar foto satelit.

"Bisa salah satu, bisa juga dua-duanya. Tapi, saya juga berharap dua-duanya tidak terjadi. Finalnya kita tunggu saja hasil pencarian dan penyelidikan," pungkasnya. (dyn)

Friday, December 26, 2014

Artis Ini Pilih Mengaji

Mundur dari Dunia Hiburan, Artis Ini Pilih Mengaji  

Mundur dari Dunia Hiburan, Artis Ini Pilih Mengaji  


Jmemperbarui hidup dengan lebih dalam mempelajari agama.

Kabarnya, Reza ikut Jamaah Tabligh yang diperkenalkan oleh sesama personel Noah, Lukman. Lukman dan keluarga sudah pergi (khuruj) ke New Delhi juga untuk mendalami agama.

Beberapa foto Lukman dan Reza saat kegiatan khuruj bersama Jamaah Tabligh sempat beredar di dunia maya sejak 2012 lalu. Dalam foto-foto tersebut, tampak Reza dan Lukman sama-sama mengenakan busana khas Jamaah Tabligh.

“Ke depan, hidup saya lebih (fokus) ke agama. Setelah Januari, saya fokus ke saya dulu. Setelah itu Allah yangtentuin, semua jiwa dan dunia bergantung sama Allah,” kata Reza dalam wawancara Selebrita di stasiun televisi Trans7pada Jumat, 19 Desember 2014.

Khuruj adalah meluangkan waktu secara total untuk berdakwah memperbaiki diri sendiri dan mengajak orang lain agar berusaha atas iman. Khuruj biasanya dilakukan dari masjid ke masjid dan dipimpin oleh seorang amir.
Bagi umat muslim yang mampu, mereka diharapkan untukkhuruj ke poros markas pusat (India-Pakistan-Bangladesh/IPB) untuk melihat suasana keagamaan yang kuat guna mempertebal iman mereka.

Beberapa musikus dikabarkan telah mendapat hidayah untuk mendalami agama. Di antaranya, Derry Sulaiman, mantan gitaris band thrash metal Betrayer.

Selain itu, ada Saktia Ari Seno, mantan gitaris band Sheila On 7. Pada 2006, selama empat bulan, ia datang ke Markas International Tabligh di Nizzamudin, New Delhi, India.

Sakti telah ganti nama menjadi Salman Al Jugjawy yang artinya Salman dari Yogya. Pada 2010, Sakti sempat mengeluarkan sebuah album religi bertajuk Selamatkan di bawah naungan labelnya sendiri yang bernama Al Jugjawy Records.

Setelah tiga tahun berselang, tepatnya pada 2 Agustus 2013, masih dengan label miliknya, Sakti kembali meluncurkan album repackage bertajuk Islam Itu Indah dengan hits single-nya Islam Itu Indah Feat Yudan.

Selain Sakti, ada nama Ray, vokalis band Nineball, yang pernah meluncurkan album pada 2008 berjudul Hingga Akhir Waktu. Penyanyi Gito Rollies juga bergabung dalam Jamaah Tabligh pada 1997 serta aktor Hengky Tornando yang sudah berganti nama menjadi Husein Noor Rizki.

Wednesday, December 24, 2014

contoh membuat SKRIPSI

                                                      

 PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK MELALUI METODE BERCERITA DENGAN MEMBACAKAN BUKU CERITA ANAK KELOMPOK B DI TK MUSLIMAT NURUL FAHMI SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2013/2014
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1

Oleh:
Nama  : Desi kistanti
NPM   : 10261712
Jurusan: S1 PG-PAUD

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN (FIP)
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
VETERAN SEMARANG
2014
PESETUJUAN
Skripsi dengan berjudul “PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK MELALUI METODE BERCERITA DENGAN MEMBACAKAN BUKU CERITA ANAK KELOMPOK B DI TK MUSLIMAT NURUL FAHMI SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2013/2014” telah disetujui oleh Dosen Pembimbing I dan Dosen Pembimbing II, dan disahkan oleh Ketua Jurusan S1 PG-PAUD dan Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) IKIP Veteran Semarang pada :
Hari                 :…………………
Tanggal            :………………….
                                                               Semarang,  Maret 2014
Disetujui
Pembimbing I
Pembimbing II

Dra. SRI SAYEKTI, M.Si
NIP. 196103111986032002

RADENI SUKMA INDRA DEWI, M.Pd
NIY. 614101983
Disahkan
Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan
Diketahui
Ketua Program SKGJ PG-PAUD


Dra. SRI SAYEKTI, M.Si
NIP. 1961031119860320002


MAULIDYA ULFAH, M.Pd.I
NIY. 603121984

MOTTO PERSEMBAHAN


MOTTO
1.      Barang Siapa takut menghadapi kesulitan selamanya ia tak akan maju.
2.      Berlaku hati-hati tidak dimaksudkan supaya takut melakukan sesuatu, tetapi dimaksudkan bertindak disaat yang benar.



PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada :
1.      Kedua orang tuaku yang tercinta
2.      Suami dan anakku yang tercinta
3.      Dosen-dosen S1 PG PAUD IKIP Veteran Semarang.
4.       Teman-temanku seperjuangan.










KATA PENGANTAR
Puji syukur, alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat, hidayah dan karunia-Nya. Sholawat serta salam terjunjung kepada Nabi Besar Muhammad saw. Penulis sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan karya tulis ini dengan baik dan sesuai yang diharapkan.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat menempuh gelar S1 PG-PAUD Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Veteran Semarang.
Penulis menyadari tanpa bantuan bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak tidak dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Untuk itu dalam kesempatan ini dengan rasa hormat penulis mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada:
1.      Drs. Sukoco, M.Pd, selaku Rektor IKIP Veteran Semarang.
2.      Dra. Sri Sayekti, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Veteran Semarang.
3.      Maulidya Ulfah, M.Pd.I, Selaku Ketua Program SKGJ PG PAUD IKIP Veteran Semarang.
4.      Dra. Sri Sayekti, M.Si, Selaku Dosen Pembimbing I dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi ini.
5.      Radeni Sukma Indradewi, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing II dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi ini.
6.      Ayah Ibu Suami dan Anakku tercinta yang selalu memberikan dukungan untuk menyelesaikan skripsi PTK PG PAUD ini.
7.      Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebut satu persatu yang telah membambantu sehingga selesainya penyusunan skripsi ini.
Penulis yakin dalam penyusunan skripsi ini banyak kekurangannya oleh karena itu penulismemohon saran dan kritikkannya untuk perbaikan penulisan kedepan.
                                                                                              
Semarang,  Mei 2014

Desi Kistanti















vi






DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL 1
PERSETUJUAN 2
PENGESAHAN
MOTTO PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR…………………………………………….    ………..v
DAFTAR ISI………………………………………………...    ……….vi
DAFTAR TABEL…………………………………………………  ………..vii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………..   ……….viii
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………. ………..ix
ABSTRAK………………………………………………………..  ……….. x
BAB I  PENDAHULUAN………………………………………… ………..1    
Latar Belakang Masalah………………………   1
Identifikasi Masalah…..   2
Analisis Masalah…………………………………  .2    
Rumusan Masalah…………………………………………….  . 3
Tujuan Penelitian……………………………………..............3
Manfaat Penelitian…………………………………………   .3
BAB II  LANDASAN TEORI……………………………..............  ……..4
Pengertian Berbahasa…………………………………………   4
Tujuan Pengembangan Berbahasa di Taman Kanak-Kanak….   4
Karakteristik Perkembangan Berbahasa Anak Prasekolah……… .5
Empat Keterampilan Berbahasa……………………………… .6
Mendengar, Berbicara, dan Awal Membaca dalam Pengembangan Berbahasa……………………………………………………….  9
Hipotesis………………………………………………….......  10
BAB III  METODE DAN PELAKSANAAN PENELITIAN…….......... ……..11
Metode Penelitian…………………………………………. ..11
Deskripsi Penelitian……………………………………..  .14
1.      Perencanaan……………………………………………………`.14
2.      Pelaksanaan Penelitian………………………………………..15
BAB IV  HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…………… ………..21
Hasil Penelitian………………………………………………………   .21
Dampak Penelitian…………………………………………………..  .. 21
Kendala Penelitian…………………………………………………..   ..22
Faktor-faktor Pendukung……………………………………………  .. 22
Alternatif Pengembangan……………………………………………  .. 23
Pembahasan………………………………………………………….  .. 23

BAB V  PENUTUP………………………………………………….  ……….25
Kesimpulan…………………………………………………………..  . 25
Saran dan Tindak Lanjut…………………………………………….  .. 25
Rekomendasi Operasional……………………………………………..  26
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………...27







DAFTAR TABEL
4.1 Daftar Absensi Anak………………………………………........50
4.2 Hasil Penilaian Siklus I…………………………………………54
4.3 Hasil Penilaian Siklus I…………………………………………55
4.4 Hasil Penilaian Siklus II………………………………………..60
4.5 Hasil Penilaian Siklus II………………………………………..61
4.6 Hasil Perkembangan Anak pada Siklus I………………………62
4.7 Rekapitulasi Penilaian Siklus I…………………………………63
4.8 Hasil Penilaian Penelitian Siklus I……………………………..64
4.9 Hasil Perkembangan Anak pada Siklus II………………….......65
4.10 Rekapitulasi Penilaian Siklus II……………………………….66
4.11 Hasil Penilaian Penelitian Siklus II……………………………67









DAFTAR GAMBAR
2.1 Kerangka Teori Modifikasi dari Hurlock (1995) dan Mustiroh, et al (2005)……………………………………………………………………34
2.2 Kerangka Berfikir……………..……………………………………..35
3.1 Alur Rencana………………………………..……………………….41
4.1 Struktur Organisasi TK Muslimat Nurul Fahmi……………….……47
5.1 Diagram perkembangan anak siklus I………………………………..
5.2 Diagram perkembangan anak siklus II……………………………..
5.3 Diagram prosentasi perbandingan siklus I dan Siklus II…………..











DAFTAR LAMPIRAN
1.      Dokumentasi Foto Kegiatan Penelitian
2.      Surat Ijin Penelitian
3.      Surat Pernyataan
4.      Surat Pernyataan Teman Sejawat
5.      Rencana Kegiatan Mingguan
6.      Rencana Kegiatan Harian
7.      Dokumen Pendukung Lainnya

ABSTRAK


PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK MELALUI METODE BERCERITA DENGAN MEMBACAKAN BUKU CERITA ANAK KELOMPOK B DI TK MUSLIMAT NURUL FAHMI TAHUN AJARAN 2013/2014

Desi Kistanti, Semarang, IKIP Veteran Semarang 2014.

Penelitian ini bertujuan : Untuk meningkatkan kemampuan berbahasa anak khususnya pada kemampuan menyimak, menceritakan kembali, tanya/jawab dan memahami kosa kata dengan metode bercerita dengan membacakan buku cerita anak di TK Muslimat Nurul Fahmi tahun pelajaran 2013/2014 .
Subyek penelitian ini adalah guru dan anak pada anak kelompok B TK Muslimat Nurul Fahmi yang berjumlah 14 anak yang terdiri dari 7 anak laki-laki dan 7 anak perempuan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan observasi dan subjek dan dokumentasi. Dari hasil analisi Bab IV disimpulkan bahwa “Metode bercerita dengan  membacakan buku cerita anak dapat meningkatkan kemampuan berbahasa anak pada anak kelompok B di TK Muslimat Nurul Fahmi tahun pelajaran 2013/2014. Rancangan penelitian tindakan kelas berbentuk siklus-siklus seolah-olah merupakan proses daur ulang, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.
Dari siklus-siklus kegiatan yang telah dilaksanakan diperoleh hasil sebagai berikut : Siklus awal (43%), Siklus I prosentasi siswa yang dapat menyimak, menceritakan kembali, tanya jawab dan menguasai kosa kata sebanyak 7 anak (50%), pada siklus II disajikan dengan membacakan buku cerita anak dengan cerita yang lebih menarik, diselingi beberapa lagu yang ada dalam cerita dan prosentase keberhasilan menjadi 11 anak (59%), sehingga dapat dikatakan bahwa penelitian ini telah berhasil.
Kata kunci: Metode bercerita dengan membacakan buku cerita anak










BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang Masalah
Taman Kanak-kanak (TK) sebagai pendidikan prasekolah berlangsung dalam ikatan tujuan kependidikan. Dalam kaitannya dengan pengembangan kemampuan berbahasa sebagai salah satu program kegiatan belajar, TK memiliki tujuan agar anak mampu berkomunikasi secara lisan. Agar tujuan pembelajaran tersebut dapat dicapai secara optimal, guru sebagai pengemban pendidikan mempunyai peranan dan andil yang sangat besar. Berbagai model interaksi pembelajaran yang digunakan sangat besar pengaruhnya terhadap pencapaian tujuan tersebut. Seorang anak mempunyai potensi untuk menyerap segala hal lebih cepat sehingga lebih mudah membentuk dan mengarahkan dirinya, hal tersebut sesuai dengan tujuan program Kegiatan Belajar Taman Kanak-kanak, (Depdiknas, PKB TK GBPKB TK, 1996 : 1) yaitu untuk “meletakkan dasar kearah perkembangan sikap, pengetahuan, ketrampilan dan daya cipta yang diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya”.
Masa perkembangan  bicara dan bahasa yang paling intensif pada manusia terletak pada 3 tahun pertama dari hidupnya, yakni satu periode dimana otak manusia berkembang dalam proses mencapai kematangan.
Kemampuan bicara dan berbahasa pada manusia ini akan berkembang dengan baik dalam suasana yang dipenuhi suara dan  gambar, serta secara terus menerus berhubungan dengan bahasa dan pembicaraan dari manusia lainnya. Penelitian membuktikan bahwa terdapat “masa kritis” dalam perkembangan bicara dan bahasa pada bayi dan anak. Sebagian ahli menyatakan bahwa masa kritis ini terjadi sejak lahir hingga usia 5 tahun. Dalam masa ini perkembangan otak bayi dan anak sedang mengalami kemampuan maksimal dalam menyerap bahasa. Kemampuan seorang anak dalam mempelajari bahasa akan lebih sulit dan mungkin kurang efisien dan efektif, jika masa kritis ini dibiarkan lewat begitu saja tanpa memperkenalkannya pada bahasa.
Anak bervariasi dalam perkembangan bahasa dan kemampuan bicaranya, akan tetapi dalam rentang perkembangan yang begitu panjang, terdapat perubahan-perubahan penting dalam waktu-waktu tertentu yang terjadi pada anak. Perubahan-perubahan penting tersebut dapat diidentifikasi dan dapat di jadikan petunjuk bagi suatu perkembangan yang normal. Pada umumnya anak mencapai keterampilan yang sederhana sebelum mempelajari kemampuan yang lebih rumit.
Guru seharusnya menyadari bahwa mengajar merupakan suatu pekerjaan yang tidak sederhana dan mudah. Sebaliknya, mengajar sifatnya sangat kompleks karena melibatkan aspek paedagogis, psikologis dan didaktis secara bersamaan. Aspek paedagogis menunjuk pada kenyataan bahwa mengajar di sekolah berlangsung dalam suatu lingkungan pendidikan, oleh karena itu guru harus mendampingi para siswanya menuju kesuksesan belajar. Aspek psikologis menunjuk pada kenyataan bahwa para siswa yang belajar pada umumnya memiliki taraf perkembangan yang berbeda satu dengan yang lainnya, sehingga menuntut materi, metode, pendekatan yang berbeda antara satu siswa dengan siswa yang lainnya. Demikian pula halnya dengan kondisi para siswa, kompetensi dan tujuan yang harus mereka capai juga berbeda. Selain itu, aspek psikologis menunjuk pada kenyataan bahwa proses belajar itu mengandung variasi. Cara penangkapan siswa terhadap materi pelajaran tidak sama. Cara belajar juga beragam. Belajar sendiri dipengaruhi oleh beragam aspek yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya.
Guru yang bermutu memungkinkan siswanya untuk tidak hanya dapat mencapai standar nilai akademik secara nasional, tetapi juga mendapatkan pengetahuan dan keahlian yang penting untuk belajar selama hidup mereka. (Elaine B, Johnson).
Metode cerita merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar bagi anak TK dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan. Cerita yang dibawakan guru harus menarik dan mengundang perhatian anak dan tidak lepas dari tujuan pendidikan bagi anak TK.
Bila isi cerita itu dikaitkan dengan dunia kehidupan anak TK, maka mereka dapat memahami isi cerita itu, mereka akan mendengarkannya dengan penuh perhatian, dan dengan mudah dapat menangkap isi cerita.
Dunia kehidupan anak itu penuh suka cita. Maka kegiatan bercerita harus diusahakan dapat memberikan perasaan gembira, lucu, dan mengasikkan. Dunia kehidupan anak-anak itu dapat berkaitan dengan lingkungan keluarga, sekolah, dan luar sekolah. Kegiatan bercerita harus diusahakan menjadi menarik, yang menggetarkan perasaan anak, dan memotivasi anak untuk mengikuti cerita itu sampai tuntas.
Berdasarkan pemaparan latar belakang sebagaimana tersebut di atas, maka peneliti bermaksud untuk meneliti, mengkaji, menganalisis dan membahas dalam penelitian yang berbentuk skripsi dengan judul :
Peningkatan kemampuan berbahasa anak melalui metode bercerita dengan membacakan buku cerita anak kelompok B di TK Muslimat Nurul Fahmi Kalikeji, Bulakan’’.

B.        Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat ditemukan identifikasi masalah sebagai berikut:
1.     Hasil belajar anak dalam perkembangan bahasa dan imajinasi anak kurang memuaskan.
2.     Anak kurang tertarik terhadap metode cerita.
3.     Kemampuan bercerita anak perlu dikembangkan dengan optimal.

C.       Rumusan Masalah
Dalam membahas metode cerita dalam mengembangkan bahasa dan imajinasi anak, peneliti membuat beberapa rumusan masalah sebagai pedoman dalam pembahasan yaitu :
1.    Bagaimanakah efektivitas metode cerita dalam mengembangkan bahasa anak di TK Muslimat Nurul Fahmi Kalikeji - Bulakan?
2.    Bagaimanakah perkembangan bahasa dan imajinasi anak TK Muslimat Nurul Fahmi Kalikeji - Bulakan?
3.    Bagaimanakah efektivitas guru dalam penggunaan metode cerita untuk mengembangkan bahasa dan imajinasi anak TK Muslimat Nurul Fahmi Kalikeji - Bulakan?

D.     Tujuan Penelitian
Dalam suatu penelitian terdapat tujuan penelitian sebagai dasar yang ingin dicapai dalam suatu penelitian yang dimaksud. Sebagaimana rumusan masalah yang disebutkan penulis pada sub bagian di atas, maka tujuan penelitian yang dilakukan peneliti yaitu :
1.    Untuk mengetahui penggunaan metode cerita dalam mengembangkan bahasa dan imajinasi anak di TK Muslimat Nurul Fahmi Kalikeji - Bulakan.
2.    Untuk mengetahui perkembangan bahasa dan imajinasi anak di TK Muslimat Nurul Fahmi Kalikeji - Bulakan.
3.    Untuk mengetahui efektivitas metode cerita dalam mengembangkan bahasa dan imajinasi anak di TK Muslimat Nurul Fahmi Kalikeji - Bulakan.


E.     Manfaat Penelitian
Dalam suatu penelitian terdapat manfaat penelitian sebagai suatu gambaran tentang hal-hal yang dapat dicapai dalam suatu penelitian yang dimaksud.
Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian sebagaimana disebutkan di atas, maka hasil penelitian ini diharapkan akan membawa manfaat :
1.         Manfaat Teoritis
Untuk mengetahui efektifitas Metode Bercerita dalam meningkatkan kemampuan berbahasa anak di Taman Kanak-kanak
2.    Manfaat Praktis
a.       Bagi Anak
1)      Anak dapat mengembangkan berbahasa  dengan baik
2)      Anak dapat mengembangkan cerita mereka melalui bahasa dan imajinasinya secara efektif
b.      Bagi Guru
1)      Guru dapat meningkatkan kreatifitasnya dalam melakukan pembelajaran di Taman Kanak-kanak
2)       Guru dapat mengajar lebih profesional dan menarik, dan peserta didik merasa lebih diperhatikan, disayang, sehingga peserta didik tidak merasa jenuh.
c.       Bagi Institusi Sekolah
Taman Kanak-kanak dapat menjadikan hasil penelitian yang mengkaji tentang efektivitas metode cerita dalam mengembangkan bahasa dan imajinasi anak TK Muslimat Nurul Fahmi Kalikeji - Bulakan, dapat dipakai sebagai suatu rujukan dalam menggunakan metode cerita dengan ideal dan sekaligus mengembangkan bahasa anak dalam rangka meningkatkan kemampuannya.


BAB II
LANDASAN TEORI

A.    Cerita
1.  Pengertian cerita
Pengertian bercerita dikemukakan oleh Kusniati (2005) dalam Dhieni, dkk (2005) yaitu suatu kegiatan yang dilakukan seseorang secara lisan kepada orang lain dengan alat atau tanpa alat tentang apa yang harus disampaikan dalam bentuk pesan, informasi atau hanya sebuah dongeng yang untuk didengarkan dengan rasa menyenangkan oleh karena orang yang bercerita tersebut menyajikannya dengan menarik. Bercerita adalah menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan atau sesuatu kejadian dan disampaikan secara lisan dengan tujuan membagikan pengalaman dan pengetahuan kepada orang lain (Bacrtiar S Bachir: 2005:10). Sedangkan menurut M. Nur Mustakim (2005: 20), bercerita adalah upaya untuk mengembangkan potensi kemampuan berbahasa anak melalui pendengaran dan kemudian menuturkannya kembali dengan tujuan melatih ketrampilan anak dalam bercakap-cakap untuk menyampaikan ide dalam bentuk lisan. Dengan kata lain bercerita adalah menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan atau suatu kejadian secara lisan dalam upaya untuk mengembangkan potensi kemampuan berbahasa.
Dari pengertian bercerita di atas dapat disimpulkan bahwa bentuk cerita bisa berupa pesan, informasi atau dongeng. Di TK cerita yang paling digemari anak umumnya berbentuk dongeng karena dongeng dapat membawa anak berfantasi tanpa batas. Selain itu dongeng dapat didramatisasi sedemikian rupa sehingga menjadi sangat menarik bagi anak.
Mengenai pengertian Metode Bercerita, Kusniati (dalam Dhieni, 2005) mengatakan bahwa Metode bercerita adalah cara penyampaian atau penyajian materi pembelajaran secara lisan dalam bentuk ceritera dari guru kepada anak didik TK. Penyampaian cerita ini biasanya dilakukan pada kegiatan inti atau penutup yaitu ketika anak-anak mulai lelah melakukan berbagai aktivitas. Dalam kegiatan bercerita harus terdapat unsur keindahan, kehangatan, juga imajinasi. Karena bercerita dapat masuk ke alam bawah sadar, di mana alam bawah sadar inilah yang kemudian paling berperan membentuk karakter atau akhlak seorang anak. “Jadi kalau dongeng itu diceritakan terus menerus, maka yang masuk ke alam bawah sadarnya semakin banyak. Nah, kalau ceritanya yang baik-baik, maka yang masuk ke alam bawah sadarnya tentu yang baik-baik pula. Kalau yang diceriterakan guru kisah-kisah kepahlawanan, kebaikan, persahabatan, maka akan seperti itulah sifat anak nantinya.
Melalui cerita, anak mengenal, mengenali kembali, dan memahami berbagai alternatif penyelesaian konflik non agresi (2005: 47). Cerita adalah penggambaran tentang sesuatu secara verbal (Rahman, 2002: 89). Cerita dapat digunakan sebagai alat untuk merangsang aspek perkembangan anak karena cerita dan aktivitas bercerita identik dengan anak-anak. Hal ini tidak bisa dipungkiri mengingat cerita memiliki banyak manfaat untuk anak-anak. Musfiroh (2005: 59), dunia anak berbeda dengan dunia orang dewasa, dunia anak itu dunia bermain, dunia yang penuh imajinasi, dunia berkembangnya aktivitas motorik, dan perkembangan fisik, dunia mengenal konsep-konsep baru, dunia berkembangnya moral dan emosi, dan sebagainya. Selanjutnya mengungkapkan bahwa anak memperoleh beberapa manfaat melalui cerita antara lain, mengasah imajinasi anak, mengembangkan kemampuan berbahasa, mengembangkan aspek sosial, mengembangkan aspek moral, mengembangkan aspek emosi, menumbuhkan semangat berprestasi, dan melatih konsentrasi anak (Musfiroh. et al. 2005: 78)

2.  Bercerita yang efektif
Untuk dapat bercerita yang efektif, guru perlu memperhatikan beberapa hal antara lain:
a.       Guru harus mulai ‘belajar’ bicara kepada anak dengan lebih hangat. “Berikan lebih banyak pujian ketimbang kritikan. Kalau anak diperlakukan dengan hangat, dia akan menjadi orang yang hangat. Sementara kalau anak diperlakukan dengan keras, mereka akan jadi keras. Bicara dengan kehangatan ini akan membuat kedekatan dan keakraban hingga kemudian dalam kondisi itu guru akan mudah menceritakan apa saja pada anak, termasuk mendongeng. Anak-anak pun akan terbuka kepada gurunya.
b.      Agar guru bisa bercerita tentu saja guru harus banyak membaca buku. Apalagi biasanya buku ceritera anak-anak itu tidak terlalu tebal, sehingga tidak menghabiskan waktu guru untuk membaca dan menceritakannya kembali kepada anak-anak. Untuk memulai, guru memang bisa mengambil cerita dari buku, selanjutnya apa saja yang terjadi di sekitar kita bisa menjadi cerita. Semua kejadian bisa diceritakan secara menarik, terutama bila guru telah terbiasa bercerita.  Sekali bercerita, tak perlu terlalu lama. Sekitar 15 menit sampai 20 menit, cukuplah, karena untuk usia tertentu, misalnya usia balita, perhatian anak-anak cepat teralihkan kepada hal lainnya. Tapi untuk usia yang lebih besar, bisa jadi waktu bercerita bisa sampai 1 jam atau lebih, apalagi bila ceritanya menarik. Dalam bercerita terpenting bukanlah lamanya waktu bercerita. “Yang penting adalah kualitas dan kuantitasnya. Walau cuma beberapa menit, tapi dilakukan setiap hari, akan lebih efektif dibanding satu atau dua jam tetapi dilakukan hanya sekali sebulan. Kegiatan bercerita dapat sangat menggugah dan melibatkan berbagai emosi, mempengaruhi perilaku, dan menentukan pengambilan keputusan seseorang manakala disampaikan dengan efektif. Oleh karena itu, cerita bisa digunakan sebagai salah satu cara dalam mengembangakan karakter kepada anak didik sejak dini.



3.   Manfaat bercerita bagi anak
Manfaat yang dapat diperoleh anak dalam penggunaan cerita bagi anak sebagai berikut:
a.       Mengasah imajinasi anak dapat dimunculkan melalui pengenalan sesuatu yang baru sehingga otak kanan anak akan produktif memproses informasi yang diterimanya.
b.      Mengembangkan kemampuan berbahasa yaitu melalui perbendaharaan kosa kata yang sering didengarnya. Semakin banyak kosa kata yang dikenalnya, semakin banyak juga konsep tentang sesuatu yang dikenalnya. Selain melalui kosa kata, kemampuan berbahasa ini juga dapat diasah melalui ketepatan berbahasa sesuai dengan suasana emosi.
c.       Mengembangkan aspek sosial, yaitu: cerita tidak mungkin dibangun hanya oleh satu tokoh. Munculnya berbagai tokoh dalam cerita mencerminkan kebersamaan dalam kehidupan sosial. Dalam cerita anak, tokoh-tokoh itu saling berkomunikasi dan bersosialisasi satu sama lain.
d.      Mengembangkan aspek moral, yaitu: cerita memiliki peluang yang sangat besar untuk menanamkan moralitas pada anak. Pesan-pesan yang kental tentang penanaman di siplin, kepekaan terhadap kesalahan, kepekaan untuk meminta maaf dan memaafkan, kepekaan untuk menghormati yang tua dan menyayangi yang muda, dan sebagainya dapat dititipkan melalui para tokoh cerita.
e.       Mengembangkan aspek spiritual melalui cerita dapat dilakukan dengan cerita-cerita dengan tema keagamaan.
f.       Mengembangkan aspek emosi, yaitu: cerita yang dominan berisi rasa dendam dan rasa sakit hati yang diceritakan terus menerus pada anak dapat membentuk emosi yang negatif, yaitu prasangka buruk yang berlebihan, begitu juga sebaliknya.
g.      Menumbuhkan semangat berprestasi, yaitu: dapat ditumbuhkan melalui cerita-cerita kepahlawanan, cerita biografi, atau cerita-cerita yang direka yang memiliki muatan semangat berprestasi.
h.      Melatih konsentrasi anak, yaitu: cerita dapat menjadi terapi bagi lemahnya konsentrasi anak. Melalui aktivitas bercerita, anak terbiasa untuk mendengar, menyimak mimik dan gerak sipencerita, atau memberi komentar di sela-sela bercerita (Musfiroh, et. al., 2005 :            78-82).
Musfiroh (2005:95) ditinjau dari beberapa aspek, manfaat bercerita sebagai berikut:
a.       Membantu pembentukan pribadi dan moral anak.
b.      Menyalurkan kebutuhan imajinasi dan fantasi.
c.       Memacu kemampuan verbal anak.
d.      Merangsang minat menulis anak.
e.       Merangsang minat baca anak.
f.       Membuka cakrawala pengetahuan anak.
Bachtiar S. Bachri (2005: 11), manfaat bercerita adalah dapat memperluas wawasan dan cara berfikir anak, sebab dalam bercerita anak mendapat tambahan pengalaman yang bisa jadi merupakan hal baru baginya.
Manfaat bercerita dengan kata lain adalah menyalurkan kebutuhan imajinasi dan fantasi sehingga dapat memperluas wawasan dan cara berfikir anak.
Kegiatan mendengar cerita mengajak anak untuk bereksplorasi terhadap makna yang terkandung di dalam cerita, selain itu anak juga dapat diajak untuk mengembangkan daya imajinasinya, misalnya saja mengimajinasikan seorang pahlawan yang gagah dan berani dan berkhayal seolah-olah dirinya menjadi seorang pahlawan.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya kreasi anak adalah dengan mendengarkan cerita. Melalui kegiatan mendengar cerita, anak dapat berpikir kritis, imajinatif dan kreatif, selain itu, mendengar cerita juga dapat mengembangkan kemampuan bahasa, daya imajinasi, daya pikir, memperbanyak perbendaharaan kata, dan mengembangkan kreativitas.

4.      Langkah-langkah yang harus dipersiapkan guru dalam bercerita
Seorang pencerita harus melakukan persiapan sebelum bercerita. Gunawan (2007: 24-45) pada prinsipnya ada tiga elemen penting yang perlu dipersiapkan, yaitu materi cerita, keterampilan bercerita, dan alat peraga yang mendukung cerita.
a.         Materi cerita, yaitu adanya persiapan awal, begitu materi cerita sudah di pilih ada beberapa hal penting yang harus dilakukan, yaitu mengkaji isi dan misi cerita, membuat alur cerita, serta merancang pembukaan dan penutupan cerita, sebagai berikut :
1). Mengkaji cerita, yaitu seorang penceritera harus membaca cerita yang telah dipilih beberapa kali, dan beberapa aspek yang perlu diperhatikan, yaitu menetapkan tujuan yang spesifik sesuai usia anak yang menjadi audiens; mengenali tokoh-tokoh dalam cerita; memperhatikan waktu, lokasi dan jenis kejadian; memilih kata dan kalimat yang sesuai dan mudah dicermati; menentukan alat bantu (kostum dan alat peraga) yang akan dipergunakan.
2). Membuat alur cerita, yaitu seorang pencerita atau pendongeng perlu membuat ringkasan urutan cerita untuk mempermudah dalam berceritera. Apabila cerita yang akan disampaikan panjang maka hal tersebut sangat diperlukan agar tetap menarik perhataian anak.
3). Merancang pembukaan dan penutupan cerita, yaitu membuka cerita dengan sesuatu yang berbeda dan kreatif akan membuat anak tertarik untuk menyimak dan mendengarkan cerita, misalnya di awali dengan sulap, menirukan suara, dramatisasi, dan dengan tepuk tangan yaitu anak diajak untuk ”tepuk diam” agar anak memperhatikan, serta dengan menyembunyikan tokoh. Selain merancang pembukaan seorang pencerita juga harus merancang penutup cerita. Sebuah cerita membutuhkan penutup yang menarik. Penutup cerita menjadi begitu penting karena di situlah pesan bisa diselipkan. Pencerita harus menghindari penutupan dengan pesan yang abstrak dengan kata lain pencerita harus memberikan penjelasan operasional untuk pendengarnya.
b.      Keterampilan bercerita, yaitu seorang pencerita harus memiliki keterampilan dalam bercerita, apalagi untuk anak usia dini, agar cerita dapat dimengerti anak. Keterampilan yang harus dimiliki pencerita, antara lain olah tubuh, olah suara, olah mimik, dan cara menenangkan anak.
c.       Alat peraga yang mendukung cerita, yaitu penggunaan alat peraga sangat diperlukan, bukan saja untuk menarik perhatian anak, tetapi juga untuk membantu anak mengingat, mencerna dan memahami cerita yang disampaikan. Dalam penyajian sebuah cerita seorang pencerita harus mempelajari teknik dalam menyajikannya. Musfiroh (2008: 119- 145) mengemukakan bahwa teknik penyajian cerita adalah sebagai berikut:
1)      Memilih dan mempersiapkan tempat, yaitu aktivitas bercerita tidak harus dilakukan di dalam kelas. Kegiatan cerita dapat dilakukan di mana saja, asal memenuhi kriteria kebersihan, keamanan, dan kenyamanan. Tempat yang dipilih harus ditata sedemikian rupa sehingga semua anak dapat melihat guru yang sedang bercerita.
2)      Bercerita dengan alat peraga, yaitu cerita dapat dilakukan dengan berbagai alat bantu yang disebut bercerita dengan alat peraga. Alat peraga yang digunakan dalam cerita yaitu seperti buku, gambar, papan panel, boneka dan film bisu. Semua alat peraga membutuhkan keterampilan tersendiri yang memungkinkan penggunaan alat peraga berfungsi optimal.
3)      Bercerita tanpa alat peraga, yaitu bercerita tanpa alat peraga disebut juga bercerita secara langsung yang sangat mengandalkan kualitas suara, ekspresi wajah, serta gerak tangan dan tubuh.
d.      Mengekspresikan karakter tokoh, yaitu karakter dapat diekspresikan dengan berbagai cara, antara lain melalui ekspresi visual (raut muka, mulut, mata, air muka, tangan) dan karakter ekspresi suara. Ciri-ciri tokoh seperti sifat-sifat tokoh, perasaan dan emosi tokoh dapat diketahui melalui pengekspresian tokoh. Tidak semua karakter sifat tokoh dapat diekspresikan melalui fitur muka. Meskipun demikian guru dapat mengembangkan pengekspresian karakter melalui tiga ekpresi dasar yaitu ekpresi sedih, ekspresi gembira dan ekspresi marah.
e.       Menirukan bunyi dan karakter suara, yaitu bunyi memiliki arti penting dalam cerita, dan bunyi dalam cerita merupakan bunyi yang esensial yang tidak memiliki makna secara linguistik. Bunyi-bunyi itu memberikan gambaran peristiwa yang dapat membuat cerita semakin dramatis dan menarik. Untuk mengekspresikan suara guru perlu mengenal ciri-ciri prosodi, yakni tekanan (kata dan kalimat), intonasi, juga pola, melodi dan waktu.
f.       Menghidupkan suasana cerita, yaitu kesemarakan suasana sangat ditentukan oleh kepiawaian pencerita. Suasana cerita diartikan sebagai keadaan yang menyertai proses terjadinya penceritaan oleh guru. Teknik untuk menghidupkan cerita antara lain mengoptimalkan dialog tokoh-tokoh cerita, mengoptimalkan klimaks cerita, membangkitkan humor di sela-sela cerita, melibatkan anak dalam cerita melalui pertanyaan dan teguran, melakukan improvisasi dan interpolasi atau penyiapan unsur-unsur lingual seperti kata-kata atau kalimat, memanfaatkan alat bantu yang tersedia secara optimal, berolah suara, mimik, dan pantomimik sehingga membangkitkan minat dan semangat anak untuk terus menyimak.
g.      Memilih diksi dan struktur cerita, yaitu penggunaan kalimat dalam cerita harus disesuaikan dengan kapasitas dengar anak. Kalimat-kalimat yang panjang harus dipotong, kata-kata yang tidak perlu harus dibuang dan kata-kata yang penting, diulang penggunaannya dalam cerita sehingga anak menjadi paham apa yang mereka dengar. Sebagai pencerita, guru seyogyanya dapat memilih dan mengubah diksi (pilihan kata) dan struktur cerita dengan cepat sesaat sebelum bercerita dan selama bercerita sesuai dengan usia dan prakiraan kemampuan bahasa anak-anak. Kemampuan memprediksi ini penting untuk menghasilkan sajian cerita yang memiliki kadar ketersimakan yang tinggi.
B.       Anak TK
1.         Pengertian Anak TK
Anak adalah seorang anak yang lahir dari seorang ibu baik laki-laki maupun perempuan. TK/Taman Kanak-kanak adalah tempat pendidikan formal bagi anak-anak yang menggunakan program untuk anak usia 4-6 tahun. Proses belajarnya adalah belajar sambil bermain dan bermain seraya belajar. Standar tingkat pencapaian perkembangan berisi kaidah pertumbuhan dan perkembangan yang di capai merupakan aktualisasi potensi semua. Aspek perkembangan yang diharapkan dapat dicapai anak pada setiap tahap perkembangannya, bukan merupakan suatu tingkat pencapaian kecakapan akademik.
Anak TK adalah anak usia 4-6 tahun yang belajar pada pendidikan formal Taman kanak-kanak dimana proses belajarnya adalah belajar sambil bermain dan bermain seraya belajar.

2.         Standar tingkat pencapaian perkembangan
Tingkat pencapian perkembangan menggambarkan pertumbuhan dan perkembangan yang diharapkan dicapai anak pada rentang usia tertentu. Perkembangan anak yang dicapai merupakan integrasi aspek pemahaman nilai-nilai agama dan moral, fisik, kognitif, bahasa dan sosial, emosional. Perkembangan anak berlangsung secara berkesinambungan yang berarti bahwa tingkat perkembangan yang dicapai pada suatu tahap diharapkan meningkat baik secara kuantitatif maupun kualitatif pada tahap selanjutnya, walaupun setiap anak adalah unik karena perkembangan anak berbeda-beda satu sama lain yang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal, namun demikian perkembangan anak tetap mengikuti pola yang umum. Agar anak mencapai tingkat perkembangan yang optimal, dibutuhkan keterlibatan orang tua dan orang dewasa untuk memberikan rangsangan yang bersifat menyeluruh dan terpadu yang meliputi pendidikan, pengasuhan, kesehatan, gizi, dan perlindungan yang diberikan secara konsisten melalui pembiasaan.

3.         Tingkat pencapaian perkembangan
a.      Nilai-nilai agama dan moral
1)         Mengenal Tuhan melalui agama yang dianutnya.
2)         Mengucapkan do’a sebelum dan sesudah melakukan sesuatu.
3)         Mengucapkan salam dan membalas salam.
4)         Memahami perilaku mulia (jujur, penolong, sopan, hormat dsb).
5)         Membedakan perilaku baik dan buruk.
6)         Mengenal ritual dan hari besar agama.
7)         Menghormati agama orang lain.
b.     Fisik motorik
1)         Menirukan gerakan binatang, pohon tertiup angin, pesawat terbang dan sebagainya
2)         Melakukan gerakan melompat, meloncat, dan berlari secara terkoordinasi.
3)         Trampil menggunakan tangan kanan dan tangan kiri.
4)         Melakukan kegiatan kebersihan diri.
5)         Membuat garis vertikal, horizontal, lengkung kiri/kanan, miring kiri/kanan, lingkaran.
6)         Menggambar sesuai gagasannya.
7)         Meniru bentuk.
c.      Kognitif
1)         Mengklasifikasi benda berdasarkan fungsi.
2)         Mengenal konsep sederhana dalam kehidupan sehari-hari.
3)         Mengkreasikan sesuatu sesuai dengan idenya sendiri.
4)         Mengurutkan benda berdasarkan ukuran dari paling kecil ke paling besar atau sebaliknya.
5)         Menyebutkan lambang bilangan 1 – 10.
d.     Bahasa
1)         Menyimak perkataan orang lain.
2)         Mengerti dua perintah yang diberikan bersamaan.
3)         Memahami cerita yang dibacakan.
4)         Mengulang kalimat yang lebih kompleks.
5)         Menjawab pertanyaan sederhana.
6)         Menceritakan kembali cerita / dongeng yang pernah didengar.
7)         Berkomunikasi secara lisan, memiliki perbendaharaan kata, serta mengenal simbol-simbol untuk perisapan membaca, menulis dan berhitung.
8)         Mengenal suara huruf awal dari nama benda-benda yang ada di sekitarnya.
e.      Sosial – Emosional
1)         Menunjukkan sikap mandiri dalam memilih kegiatan.
2)         Mau berbagi, menolong dan membantu teman.
3)         Mengekspresikan emosi yang sesuai dengan kondisi yang ada.
4)         Mengenal tata krama dan sopan santun sesuai dengan nilai sosial budaya setempat.
5)         Menunjukkan rasa percaya diri.
6)         Menghargai orang lain.

C.    Bahasa
1.      Pengertian  Bahasa
Bahasa adalah sarana komunikasi dengan menyimbolkan pikiran dan perasaan untuk menyampaikan makna kepada orang lain (Hurlock, 1995). Proses bicara melibatkan dua stadium aktivitas mental yaitu membentuk pikiran termasuk di dalamnya memilih kata-kata yang akan digunakan dan kemudian mengatur motorik vokalisasi dan kerja yang nyata dari vokalisasi itu sendiri. Sumiati (1987:1) bahasa adalah ucapan pikiran, dan perasaan seseorang yang teratur dan digunakan sebagai alat komunikasi antar anggota masyarakat. Dengan kata lain bahasa adalah ucapan pikiran dan perasaan untuk menyampaikan makna kepada orang lain yang digunakan sebagai sarana komunikasi.

2.      Tugas-tugas perkembangan bahasa
Dalam berbahasa anak dituntut untuk menuntaskan atau menguasai empat tugas pokok yang satu sama lainnya saling berkaitan (Yusuf, 2004). Keempat tugas pokok perkembangan bahasa adalah :
a.   Pemahaman
Yaitu kemampuan memahami makna ucapan orang lain, dengan memberikan pengertian agar memahami apa yang sudah dijelaskan sesuai dengan maksud dan tujuan.
b.   Pengembangan perbendaharaan kata
Perbendaharaan kata anak-anak berkembang dimulai secara lambat pada usia dua tahun pertama, kemudian mengalami tempo yang cepat pada usia pra sekolah dan terus meningkat setelah anak masuk sekolah.
c.       Penyusunan kata-kata menjadi kalimat
Kemampuan menyusun kata-kata menjadi kalimat pada umumnya berkembang sebelum usia 2 tahun. Bentuk kalimat pertama kalimat tunggal (kalimat satu kata) dengan disertai gesture (bahasa tubuh) untuk melengkapi cara berfikirnya.
Davis, Garriston & Mc Carthy (1973) dalam Hurlock (1995) menyatakan bahwa anak yang cerdas, anak wanita dan anak dari keluarga yang berada, bentuk kalimat yang diucapkannya lebih panjang dan kompleks dibandingkan dengan anak yang kurang cerdas, anak pria dan anak yang berasal dari keluarga miskin.
d.      Ucapan
Kemampuan mengucapkan kata-kata merupakan hasil belajar melalui imitasi (peniruan) terhadap suara-suara yang didengar anak dari orang lain (terutama orang tua). Kejelasan ucapan itu baru tercapai sekitar usia 3 tahun. Hasil studi tentang suara dan kombinasi suara menunjukkan bahwa anak mengalami kemudahan dan kesulitan dalam huruf-huruf tertentu. Huruf yang mudah diucapkan yaitu huruf hidup (vokal) a, i, u, e, o dan huruf mati (konsonan) b, m, n, p dan t. sedangkan yang sulit diucapkan adalah huruf mati tunggal : z, w, s, g dan huruf rangkap (diftong) : st, str, sk, dr.

3.      Tipe perkembangan bahasa
Ada dua tipe perkembangan bahasa anak yaitu sebagai berikut :
a.   Egocentric speech
Yaitu berbicara pada dirinya sendiri (monolog)
b.      Socialized speech
Terjadi ketika berlangsung kontak antara anak dengan temannya atau dengan lingkungannya. Perkembangan ini dapat dibagi menjadi lima bentuk yaitu :
1)                  Adapted information
Terjadi saling tukar gagasan atau adanya tujuan bersama yang dicari.
2)                  Criticism
Menyangkut penilaian anak terhadap ucapan atau tingkah laku orang lain.
3)      Command (perintah), request (permintaan), threat (ancaman)
4)      Question (pertanyaan)
5)    Answer (jawaban)

4.      Manfaat Bahasa
Bicara tentang bercerita tentunya tidak akan lepas dari bahasa. Karena bahasa adalah sarana atau alat dalam bercerita. Perkembangan bahasa tergantung pada kematangan sel, dukungan lingkungan dan keterdidikan lingkungan. Berikut ini adalah manfaat bahasa:
a.       Sebagai alat untuk berkomunikasi
b.      Sebagai alat untuk mengembangkan intelektual anak
c.       Sebagai alat untuk menyatakan perasaan dan buah pikiran kepada orang lain
d.      Melalui bahasa, pendengar/penerima akan mampu memahami apa yang dimaksudkan oleh pengirim berita.

5.      Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa
Hurlock (1995) ada beberapa factor yang menyebabkan perbedaan perkembangan bahasa anak terkait dalam proses belajar berbicara seorang anak diantaranya :
1)      Kesehatan
Anak yang sehat lebih cepat berbicara dibanding anak yang tidak sehat, hal ini dikarenakan motivasi yang lebih kuat untuk menjadi anggota kelompok sosial dan berkomunikasi dengan anggota kelompok tersebut.
2)      Kecerdasan
Anak dengan kecerdasan yang tinggi, dalam belajar berbicara lebih cepat dan memperlihatkan penguasaan bahasa yang lebih baik dibanding anak yang tingkat kecerdasan yang rendah.
3)      Keadaan sosial ekonomi
Anak dari keluarga ekonomi mampu lebih mudah belajar berbicara, pengungkapan perasaan dirinya lebih baik, dan lebih banyak bicara dibanding anak dari keluarga yang kurang mampu, hal ini dikarenakan anak dari keluarga berada lebih banyak mendapat dorongan dan bimbingan untuk berbicara dari anggota keluarga yang lain. Keluarga dengan ekonomi yang rendah cenderung lebih memfokuskan pada pemenuhan kebutuhan sehari-hari sehingga perkembangan bahasa anak kurang diperhatikan.
4)      Jenis kelamin
Anak perempuan lebih cepat belajar berbicara dibanding anak laki-laki. Pada setiap jenjang umur, kalimat anak laki-laki lebih pendek, dan kurang benar dalam tata bahasa, kosakatanya pun lebih sedikit dan pengucapan kata kurang tepat daripada anak perempuan.
5)      Keinginan berkomunikasi
Semakin kuat dalam berkomunikasi dengan orang lain semakin kuat motivasi anak untuk belajar berbicara dan semakin bersedia menyisihkan waktu dan usaha yang dipergunakan untuk belajar.
6)      Dorongan
Semakin banyak didorong untuk berbicara dengan mengajaknya berbicara dan didorong menanggapinya, akan semakin awal mereka belajar berbicara dan semakin baik kualitas bicaranya. Di sini orang tua khususnya ibu sebagai guru yang pertama bagi anak untuk membantu kemampuan bicara anak. Pendapat ini didukung oleh Sutjiningsih (1995) yang menyatakan bahwa anak yang mendapat stimulasi yang terarah dan teratur akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang atau yang tidak mendapat stimulasi.
7)      Ukuran keluarga
Anak tunggal atau anak dari keluarga kecil biasanya berbicara lebih awal dan lebih baik ketimbang anak dari keluarga besar, karena orang tua dapat menyisihkan waktu lebih banyak untuk mengajar anaknya berbicara.
8)      Urutan kelahiran
Dalam keluarga yang sama, anak pertama lebih cepat berbicara dibanding anak yang lahir kemudian. Hal ini karena orang tua dapat menyisihkan waktunya yang lebih banyak untuk mengajar dan mendorong anak yang lahir pertama dalam belajar dibanding untuk anak yang lahir kemudian.
9)      Metode pelatihan anak
Anak-anak dalam keluarga otoriter yang menekankan bahwa “anak harus dilihat dan bukan didengar” di sini terjadi hambatan belajar, sedangkan keluarga dengan kebebasan dan demokratis akan mendorong anak belajar bicara.
10)       Kelahiran kembar
Anak yang lahir kembar pada umumnya mengalami keterlambatan dalam bicara karena mereka lebih banyak bergaul dengan saudara kembarnya dan hanya memahami logat khusus yang mereka miliki. Hal ini melemahkan motivasi mereka untuk belajar berbicara agar dapat dipahami oleh orang lain.
11)       Hubungan dengan teman sebaya
Semakin banyak hubungan anak dengan teman sebayanya menyebabkan semakin besar keinginan mereka untuk diterima sebagai anggota kelompok sebaya, hal ini akan memperbesar motivasi anak untuk belajar bicara.
12)       Kepribadian
Anak yang dapat menyesuaikan diri dengan baik cenderung mempunyai kemampuan bahasa yang lebih baik, baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Sehingga kemampuan bahasa juga dapat dijadikan sebagai petunjuk anak yang sehat mental.

6.      Stimulasi bahasa
Stimulasi adalah perangsangan yang datangnya dari luar individu. Anak-anak yang banyak mendapat stimulasi akan lebih cepat berkembang daripada anak yang tidak mendapat stimulasi. Pemberian stimulasi akan lebih efektif apabila memperhatikan kebutuhan-kebutuhan anak sesuai dengan tahap-tahap perkembangannya. Pada awal perkembangan, anak berada pada tahap sensorik motorik. Pada tahap ini keadaan kognitif anak akan memperlihatkan aktivitas motoriknya, yang merupakan hasil dari stimulasi sensorik. Stimulasi bermain mendorong perkembangan potensi yang diwarisi. Ini terutama penting selama bulan-bulan awal kehidupan sebelum anak dapat berjalan dan dapat melakukan sesuatu sendiri (Hurlock, 1995).
Menurut Suherman (2000) pemberian stimulasi dimulai dari tahap yang sudah dicapai oleh anak, dilakukan dengan wajar, tanpa paksaan atau hukuman atau marah bila anak tidak dapat melakukannya. Tujuan tindakan memberikan stimulasi pada anak adalah untuk membantu anak mencapai tingkat perkembangan yang optimal atau sesuai dengan yang diharapkan. Stimulasi disesuaikan dengan umur dan prinsip-prinsip stimulasi. Tindakan pemberian stimulasi dilakukan dengan prinsip bahwa stimulasi merupakan ungkapan rasa kasih dan sayang, bermain dengan anak, berbahagia bersama, stimulasi dilakukan bertahap dan berkelanjutan, serta mencakup empat bidang kemampuan berkembang, yaitu :
a.       Kemampuan bergaul dan mandiri (BM).
b.      Kemampuan berbicara, bahasa dan kecerdasan (BBK).
c.       Kemampuan gerak kasar (GK).
d.      Kemampuan gerak halus (GH).
Untuk menstimulasi perkembangan bahasa pada anak, ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh orang tua, yaitu : mengajak bicara anak, melontarkan pertanyaan terbuka, membacakan buku/mendongeng, membetulkan ucapan anak (Suryanah, 1996). Pemberian stimulasi dapat dilakukan oleh keluarga, program BKB (Bina Keluarga Balita), kelompok bermain, sekolah, perawat anak, dokter anak, fisioterapis.



D.    Imajinasi
1.     Imajinasi secara umum, adalah kekuatan atau proses menghasilkan citra mental dan ide.
Istilah ini secara teknis dipakai dalam psikologi sebagai proses membangun kembali persepsi dari suatu benda yang terlebih dahulu diberi persepsi pengertian. Sejak penggunaan istilah ini bertentangan dengan yang dipunyai bahasa biasa, beberapa psikolog lebih menyebut proses ini sebagai "menggambarkan" atau "gambaran" atau sebagai suatu reproduksi yang bertentangan dengan imajinasi "produktif" atau "konstruktif".
Gambaran citra dimengerti sebagai sesuatu yang dilihat oleh "mata pikiran". Suatu hipotesis untuk evolusi imajinasi manusia ialah bahwa hal itu memperbolehkan setiap makhluk yang sadar untuk memecahkan masalah (dan oleh karena itu meningkatkan fitnes) perseorangan oleh penggunaan simulasi jiwa.
2.     Imajinasi bisa disamakan dengan ilusi, khayalan, dan fantasi karena imajinasi mempunyai kecenderungan “menggelayut” dan tidak memberikan arahan real dalam identifikasi pengetahuan. Dengan begitu, imajinasi di nomorduakan dalam perannya sebagai sumber pengetahuan. Orang sering mengajak kita untuk berpikir realistis ketika kita mempunyai gagasan yang muluk-muluk. Allan Loy Mc Ginnis, dalam sebuah buku best seller-nya, The Power of Optimism (1993) mengatakan bahwa anjuran untuk berpikir realistis sebenarnya menyembunyikan kekhawatiran-kekhawatiran tertentu. “Worry is misuse of imagination” (kekhawatiran adalah imajinasi yang disalahgunakan). Kekhawatiran yang berlebihan menimbulkan kecemasan. Soren Kierkegaard berpendapat bahwa kecemasan dapat terjadi akibat sikap yang memandang berlebihan atas bahaya, dan memandang rendah kemampuan kita.
Memaksakan penafsiran dengan mengatakan bahwa imajinasi tidak beda dengan hayalan, fantasi, atau ilusi, sebenarnya sikap yang kurang jeli. Sesungguhnya, istilah fantasi itu lebih berkaitan dengan daya membayangkan sesuatu, khususnya hal yang tidak real atau yang tidak mungkin terjadi. Fantasi sepadan dengan khayalan. Khayalan merupakan terjemahan dari bahasa Inggris, illusion, sehingga khayalan juga berarti ilusi. Ilusi secara common sense berarti ide, keyakinan, atau kesan tentang sesuatu yang jelas-jelas keliru.
Jikalau fantasi (daya yang menghasilkan khayalan) itu biasanya dihubungkan dengan gambaran objek yang tidak mungkin dan memang tidak ada dalam kenyataan, maka imajinasi dipahami sebagai daya yang menghasilkan gambaran objek yang mungkin (potensial ada) atau logis. Imajinasi tidak terkait dengan penggambaran yang membabi buta tentang suatu objek atau konsep tertentu.
3.   Berarti suatu penggunaan bahasa figuratif untuk menghasilkan gambaran, objek, ide, dalam pikiran pembaca atau pendengar, sehingga istilah ini sering digunakan oleh para penyair dalam karya-karyanya. Imaginari sering diartikan sebagai perumpamaan/tamsil, meskipun ia memiliki arti yang lebih luas dari sekedar perumpamaan. Selanjutnya, imaginary dalam bahasa Indonesia sering diartikan sebagai yang imajiner atau khayal; contohnya bilangan imajiner sebagai bilangan khayal. Akhirnya, kata imagine (kata kerja) berarti membentuk suatu gambaran mental tentang sesuatu, atau memikirkan sesuatu sebagai bisa terjadi atau mungkin. Imagine sendiri berarti membayangkan, meskipun pada prakteknya terdapat perbedaan antara “membayangkan” dan “mengimajinasikan”. “Membayangkan” mempunyai konotasi sebagai sesuatu yang lebih mudah dilakukan karena berhubungan dengan sesuatu yang menyenangkan. Sedangkan “mengimajinasikan” itu merambah wilayah yang lebih luas sehingga tidak dapat direduksi sebagai sekedar membayangkan. Maka dari itu, imajinasi lebih tepat diartikan sebagai kekuatan potensial yang telah memberikan kontribusi berharga bagi lahirnya pengetahuan.
Sekedar untuk membedakan, haruslah diketahui proses pemerolehan pengetahuan melalui imajinasi dengan melalui berpikir linear dan logis. Berpikir merupakan aktifitas penelusuran pengetahuan yang telah dibatasi dengan aturan-aturan atau konsep tertentu yang sifatnya membatasi, bahkan mengikat, misalnya anjuran berpikir lurus melalui hukum-hukum logika Aristotelian dan adapun cara berpikir yang tidak mematuhi hukum-hukum logika tersebut dikatakan terjatuh dalam “sesat pikir” (the fallacy). Sedang dalam berimajinasi tidak lagi dibutuhan aturan berpikir runtut. Semua konsep kebenaran sementara waktu ditanggalkan dan ditangguhkan (Derrida menyebut proses ini sebagai differance) dan membebaskan pikiran untuk melakukan penelusuran tanpa batas guna mencari insight baru yang kedatangannya sering serentak-mendadak, sehingga pikiran sadar kita tidak dapat melacaknya lagi.

E.     Kerangka Teori
Mengasah imajinasi
 
 














Gambar 2.1
Kerangka teori modifikasi dari Hurlock (1995) dan Musfiroh, et al (2005)

F.     Kerangka berpikir
Bercerita bagi anak TK Muslimat Nurul Fahmi Kalikeji - Bulakan dalam pengamatan sementara yang dilakukan oleh peneliti selama proses pra penelitian diperoleh indikasi bahwa sebagian anak telah memiliki perkembangan bahasa yang baik juga sudah dapat bercerita sendiri di hadapan teman-temannya, namun demikian sebagian lagi belum memiliki kemampuan bercerita dengan bahasa yang baik. Selain indikasi tersebut, terdapat pula indikasi bahwa perkembangan bahasa dan imajinasi anak dipengaruhi oleh adanya pengajaran metode cerita yang kurang efektif pada anak di TK tersebut.
Oleh karena itu, dalam rangka meminimalisir spekulasi pendapat tentang kebenaran realitas sementara yang diperoleh peneliti dalam pengamatan pra penelitian tersebut maka peneliti bermaksud mengadakan penelitian dengan judul efektivitas metode cerita dalam mengembangkan bahasa dan imajinasi anak TK Muslimat Nurul Fahmi Kalikeji - Bulakan. Hal ini dimaksudkan untuk lebih meningkatkan dan memaksimalkan penggunaan metode cerita dalam mengembangkan bahasa dan imajinasi anak di TK tersebut.
Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat ditegaskan bahwa efektivitas metode cerita dalam mengembangkan bahasa dan imajinasi anak TK sebagaimana dapat dilihat pada skema berikut :
 











Gambar 2.2 Kerangka berpikir
G.       Hipotesis
Beradasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Bagaimanakah perkembangan bahasa dan imajinasi anak TK Muslimat Nurul Fahmi Kalikeji - Bulakan melalui cerita?
Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini diharapkan di masa yang akan datang anak lebih berkembang bahasanya dan imajinasinya melalui metode bercerita. Selain itu, dengan bercerita anak dapat mengekspresikan imajinasinya dalam bentuk kegiatan yang lainnya.


BAB III.
METODE PENELITIAN

A.    Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah prosedur penulisan yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (S. Margono, 2000 : 105). Data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif yaitu suatu metode yang menggunakan proses berpikir yang dimulai dengan mengumpulkan data melalui wawancara mendalam dengan beberapa informan yang dianggap mengetahui dan memahami masalah penelitian, kemudian dari data yang terkumpul ditarik suatu kesimpulan. Ciri khas metode kualitatif ialah pengungkapan fenomena, tanpa harus menyajian berbagai penjelasan kuantitatif. Penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian tindakan kelas, yaitu penelitian yang mengambil permasalahan yang ada dikelas.

B.     Tempat dan Waktu Penelitian
a.                         Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di TK Muslimat Nurul Fahmi Kalikeji - Bulakan.
b.      Waktu penelitian
Pada penelitian ini, waktu penelitian yang dilakukan untuk melaksanakan penelitian di TK Muslimat Nurul Fahmi Kalikeji - Bulakan tahun pelajaran 2013/2014 yaitu mulai bulan April sampai dengan bulan Juni 2014.

C.    Populasi dan Sample
Pada penelitian kualitatif, peneliti memasuki situasi tertentu, melakukan observasi dan wawancara kepada orang-orang yang dipandang tahu tentang situasi tersebut. Penentuan sumber data pada orang yang diwawancarai dilakukan secara purposive yaitu dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh murid TK Muslimat Nurul Fahmi Kalikeji - Bulakan sejumlah 24 anak yang terdiri dari 2 kelas/ruangan. Sampel yang diambil dalam penelitian ini yaitu kelompok B  yang terdiri dari 14 anak dengan rincian 7 anak laki-laki dan 7 anak perempuan. Sebagai crosscheck yang selanjutnya disebut sebagai informan dalam penelitian ini adalah orang tua murid selaku pihak yang dianggap lebih memahami atau mengetahui perkembangan anak serta guru TK Muslimat Nurul Fahmi Kalikeji - Bulakan selaku pihak yang membimbing anak selama di sekolah.

D. Rencana Kegiatan
       1. Siklus I
a.         Tahap perencanaan
Peneliti merancang kegiatan yang akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran di Taman Kanak-kanak, jenis kegiatannya adalah menggunakan metode cerita  seperti : anak duduk melingkar di karpet dan peneliti duduk dikursi kecil, kemudian peneliti bercerita dengan cerita yang singkat. Anak-anak mendengarkan cerita kemudian anak-anak boleh bertanya dan menjawab.
b.         Tahap pelaksanaan kegiatan pengembangan
Peneliti melakukan kegiatan pengembangan dengan tujuan untuk mengatasi kesulitan belajar anak. Peneliti menggunakan apersepsi bertujuan memberi pengarahan pada anak seperti tanya jawab, bercakap-cakap, berani bertanya secara sederhana, sehingga anak-anak akan merasa seperti mengungkapkan idenya sesuai dengan bahasa anak.
c.         Tahap pelaksanaan observasi
Observasi dilaksanakan oleh peneliti dengan wawancara, lembar penilaian kognitif untuk mengembangkan kemampuan anak.
d.      Tahap pelaksanaan refleksi
Setelah pelaksanaan tindakan dilakukan, peneliti melakukan analisis mengenai hasil observasi anak dan hasil wawancara. Hal ini untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari tindakan pelaksanaan pembelajaran.

       2.  Siklus II
Berdasarkan refleksi pada siklus I, peneliti menyimpulkan perlu adanya tindak lanjut pada siklus II. Pelaksanaannya sama seperti yang telah dilaksanakan pada siklus I. Namun pada siklus II kegiatan pengembangan lebih dioptimalkan sehingga pada siklus II akan memperoleh hasil peningkatan belajar anak yang memuaskan sesuai dengan tujuan penelitian.
a.       Tahap perencanaan
Peneliti melaksanakan penyempurnaan rencana pembelajaran yaitu kegiatan pengembangan yang akan digunakan baik dari media, metode, penguasaan teori. Peneliti menyiapkan lembar penilaian anak, lembar observasi anak, lembar wawancara sehingga diharapkan hasil belajar anak tentang efektivitas penggunaan metode cerita dalam mengembangkan bahasa dan imajinasi anak TK Muslimat Nurul Fahmi Kalikeji membuahkan hasil yang optimal
b.      Tahap pelaksanaan kegiatan pengembangan
Tahap ini lebih optimal dan memberi respon positif, anak merasa senang melakukan pengembangan bahasa dengan menggunakan metode cerita. Peneliti melakukan penelitian baik dari proses maupun hasil belajar anak. Penilaiannya meliputi : observasi, lembar penilaian, kemampuan bahasa, lembar wawancara.
c.       Tahap pelaksanaan observasi
Observasi dilaksanakan pada saat proses penelitian sampai hasil dari pelaksaan kegiatan pembelajaran tersebut.
d.      Tahap pelaksanaan refleksi
            Peneliti menganalisis terlebih dahulu berdasarkan data yang ada untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan dari proses pembelajaran yang dilakukan.

Rencana Tindakan I
 
ALUR RENCANA SIKLUS I

Permasalahan
 







ALUR RENCANA SIKLUS II
 











Gambar 3.1 Alur rencana
F.     Pengumpulan Data
1.      Penilaian praktek menceritakan pengalaman atau kejadian secara sederhana dengan runtut yang dilakukan oleh sampel dalam penelitian ini yaitu murid TK  Muslimat Nurul Fahmi Kalikeji - Bulakan.
2.      Wawancara
Wawancara mendalam yaitu wawancara perorangan secara mendalam disusun berdasarkan informasi yang telah dikumpulkan untuk menggali lebih dalam tentang kemampuan bercerita atau pengungkapan pengalaman atau kejadian  murid TK Muslimat Nurul Fahmi Kalikeji - Bulakan. Dalam penelitian ini wawancara mendalam dilakukan pada guru TK Muslimat Nurul Fahmi Kalikeji - Bulakan. Penyusunan pedoman wawancara dilakukan sebelum penelitian dilakukan. Petunjuk wawancara hanyalah berisi wawancara untuk menjaga agar pokok-pokok yang direncanakan dapat tercakup seluruhnya. Pelaksanaan wawancara dan urutan pertanyaan disesuaikan dengan keadaan subyek dalam konteks wawancara yang sebenarnya.
3.                         Dokumentasi
Melakukan dokumentasi sebagai bukti data primer berupa buku-buku, catatan lapangan dan foto.
4.       Pengolahan dan Analisa Data
Data yang diperoleh selanjutnya diolah melalui beberapa tahapan,   yaitu :
      1).        Editing
Meneliti kembali dan mengedit lembar catatan serta meneliti kelengkapan data yang ada.
            2).        Pemasukan data (entry data)
Kegiatan memasukkan data-data yang diperoleh ke dalam computer.
      3).        Interpretasi data
Kegiatan membaca hasil dan mengubahnya menjadi bentuk yang lebih dipahami.
      4).        Penyajian data
Teknik pengolahan data yang digunakan adalah deskriptif untuk menggambarkan gejala pada objek yang diamati.
Analisa data dalam penelitian kualitatif pada prinsipnya berproses secara analisa deskripsi (content analysis). Aktivitas dalam analisa data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Adapun urutan aktivitas dalam analisa data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification.
Analisa data dilakukan dengan cara :
1.                                                                              Data Reduction
Aktivitas data reduction (data reduksi) dilakukan dengan mereduksi data yang berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.
2.                                                                              Data Display
Penyajian data kualitatif dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat (naratif), Tabel, bagan, grafik, matriks atau chart. Penyajian data akan memudahkan peneliti untuk memahami apa yang terjadi.
3.                                                                              Conclusion Drawing/Verification
Tahapan penyimpulan dilakukan untuk memperoleh gambaran yang umum dan menyeluruh dari objek penelitian.













BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.   Sejarah Berdirinya TK Muslimat Nurul Fahmi Kalikeji – Bulakan.
TK Muslimat Nurul Fahmi Kalikeji - Bulakan merupakan salah satu pendidikan formal anak usia dini satu-satunya yang ada didukuh kalikeji.
Taman Kanak-kanak Muslimat Nurul Fahmi Kalikeji - Bulakan yang berdiri pada tahun 2009, sekarang memiliki 24 peserta didik, 1 kepala TK, 2 guru kelas, 1 guru ekstra kurikuler agama.
Anak-anak Taman Kanak-kanak Muslimat Nurul Fahmi Kalikeji - Bulakan sebagaimana di TK lain mereka belajar sambil bermain dan bermain seraya belajar. Berbagai kegiatan dilakukan oleh guru untuk mengembangkan potensi yang ada pada anak.
1.  Struktur Organisasi
Pada pendidikan formal seperti di Taman Kanak-kanak tentu memilliki struktur organisasi guna memberikan kemudahan dalam kepemimpinan untuk mengawasi dan menjalankan proses belajar mengajar di Taman Kanak-kanak.  
Dengan terbentuknya struktur organisasi diharapkan pendidikan Taman Kanak-kanak akan lebih mampu mengembangkan dan meningkatkan kemampuan anak didiknya, begitu juga terbentuknya kerjasama yang bagus dengan tanggung jawab yang tinggi pada setiap bagiannya.
Gambar struktur organisasi Taman Kanak-kanak Muslimat Nurul Fahmi Kalikeji – Bulakan terlihat pada gambar berikut ini:    

Text Box: Kepala Sekolah
Khotimah
Komite
 
Yayasan
 
 
 






Gambar 4.1 Struktur Organisasi TK Muslimat Nurul Fahmi Kalikeji-Bulakan

2.   Profil TK
1). Nama Sekolah                                : TK Muslimat Nurul Fahmi
2). Kode Pos                                                   : 53253
3). Desa / Kelurahan                           : Bulakan
4). Kecamatan                                     : Belik
5). Kota                                               : Pemalang
6). Provinsi                                          : Jawa Tengah
7). Nomorstatistik Sekolah                 :
8).NPSN                                             : 20359463
9).Telephon                                         :
10).E-Mail                                           :
11).Nama Yayasan                              : Muslimat Nurul Fahmi
12).Ijin Operasional                            :
13).Luas Tanah                                   : 21 m2
14).Luas Bangunan                             : 12,5 m2
15).Denah Sekolah                              :
16).Daftar Akreditasi Sekolah            :
17).Status Sekolah                              : Swasta
18).Tahun Berdiri                                : 2009
19).Kegiatan Belajar Mengajar           : Pagi
20).Bangunan Sekolah                        : Milik Sendiri
21).Lokasi Sekolah                             : Dukuh
22).Jarak kepusat Kota                       :
3.  Visi dan Misi
            TK Muslimat Nurul Fahmi
VISI: Mewujudkan lulusan yang cerdas, cakap dan terampil baik secara intelektual maupun spiritual, memberikan yang terbaik bagi anak berupa ilmu pengetahuan dengan tidak melupakan pendidikan keimanan dan ketaqwaan.
MISI :
1)      Mengenal dan memiliki rasa cinta kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW melalui kisah-kisah islami.
2)      Membekali diri dengan sikap dan akhlaq yang mulia
3)      Mengenal rukun islam dan rukun iman sedini mungkin kepada anak
4)      Mengembangkan daya pikir, kemampuan motoriksosial emosi melalui kegiatan belajar, bermain, olah raga sdt.
5)      Membiasakan sikap hidup disiplin, rapi, bersih dan sehat dalam kehidupan sehari-hari
6)      Membiasakan bermain dengan permainan yang bermanfaat



4. Daftar Absensi Anak.
Penulis cantumkan sebagian nama-nama anak TK Muslimat Nurul Fahmi Kalikeji tahun pelajaran 2013-2014 sebagai berikut :
Tabel 4.1
Daftar Absensi Anak
No
Nama
L / P
Tempat,
Tanggal Lahir
Nama Orang Tua
Pekerjaan
Ket.
1
Aisha resta
P
Pemalang, 30-07-2009
Sutiyarso
Tani

2
Aisha Putri A.
P
Pemalang,  02-12-2008
Suyanto
Swasta

3
Aisyah Zukhruf
P
Pemalang, 12-03-2009
Nursidik
Wiraswasta

4
Anifa Laora S.
P
Pemalang, 12-01-2009
Ali muklis
Buruh

5
Balqis Auraning P.
P
Pemalang, 04-08-2009
Sudarto
Tani

6
Bayu Triatmojo
L
Pemalang, 24-12-2008
Sugarno
Tani

7
Ilham Pratama
L
Pemalang, 05-04-2009
Darsono
Wiraswasta

8
M. Farid Rizkieyadi
L
Pemalang, 07-12-2008
Masroh
Swasta

9
Mada Ulung J.
L
Pemalang, 15-03-2009
Sugiharto
Tani

10
Putri Cahya Mukti
P
Pemalang,  07-06-2008
Yuwanto
Buruh

11
Rahma Pambudi
P
Pemalang, 11-01-2009
Budiawan
Wiraswasta

12
Rizky Agung L.
L
Pemalang, 17-05-2008
Bagyo
Wiraswasta

13
Suci Luviati
P
Pemalang, 30-10-2008
Sumarjono
Tani

14
Terentia Bunga S.
P
Pemalang, 05-12-2008
Sumarto
Tani





B.    Setting Pelaksanaan Tindakan
1.    Program Kegiatan Siklus I
a.       Tahap Perencanaan
Peneliti merancang kegiatan yang akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran di Taman Kanak-kanak yaitu menggunakan metode cerita. Sebelum dilaksanakan kegiatan pembelajaran, guru menyiapkan alat peraga yang akan dipakai dan tempat yang akan digunakan. Tempat yang nyaman akan memungkinkan anak untuk berkonsentrasi dalam mendengarkan cerita, sehingga diharapkan anak-anak akan dapat mencerna isi cerita yang dibacakan oleh guru. Posisi anak-anak duduk dikarpet menghadap guru dan guru duduk dikursi kecil menghadap anak-anak. Alat-alat yang digunakan dalam pembelajaran juga disiapkan guru dengan tujuan untuk menarik perhatian anak.
2.      Tahap Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan
            Peneliti melakukan kegiatan pengembangan dengan tujuan untuk mengatasi kesulitan belajar anak. Sebelum memasuki cerita inti, guru menggunakan apersepsi terlebih dahulu dengan menggunakan tanya jawab, bercakap-cakap dengan harapan agar anak-anak secara tidak langsung masuk dalam cerita.
a.         Kegiatan awal 30 menit.
Anak-anak berbaris, berdo’a dan mengucapkan salam.
b.      Kegiatan inti 60 menit.
Langkah-langkah yang dilaksanakan pada kegiatan berceritera adalah :
1)      Apersepsi
Apersepsi yang dilakukan guru menggunakan tanya jawab dan bercakap-cakap dengan harapan agar anak-anak secara tidak langsung masuk dalam cerita. Guru mengajak semua anak bergabung dalam acara ini.
2)      Anak-anak mendengarkan cerita guru dengan posisi anak-anak menghadap ibu guru. Guru bercerita sesuai dengan tokoh yang diperankan walaupun hanya dalam bentuk suara. Sesekali anak diajak menjadi tokoh dalam cerita yang dibacakan guru. 
3)      Setelah selesai bercerita guru memberikan pertanyaan          sederhana seputar cerita, siapa tokoh dalam cerita, dimana tempat ceritanya dan sebagainnya.
4)      Guru memberikan kesempatan pada anak untuk menceritakan kembali cerita yang sudah dibacakan.
5)      Istirahat 30 menit.
6)      Cuci tangan.
7)      Do’a mau makan.
8)      Makan bekal sendiri.
9)      Do’a sesudah makan.
10)  Bermain di halaman sekolah.
3.      Penutup 30 menit.
1.         Ulasan kegiatan sehari.
2.         Berdo’a, mengucapkan salam.
3.         Pulang.
4.      Tahap Pelaksanaan Observasi
Observasi dilaksanakan oleh peneliti dengan wawancara, lembar penilaian kognitif untuk mengembangkan kemampuan anak. Guru melaksanakan pengamatan terhadap anak dari awal hingga akhir dengan lembar pengamatan anak. Pengamatan guru terhadap anak saat mendengarkan cerita sangat antusias sekali, tetapi untuk pengembangan bahasa dan imajinasinya sendiri belum berkembang, hal ini bisa dilihat dari saat anak-anak menceritakan kembali cerita dari guru.
5.      Tahap Pelaksanaan Refleksi
Setelah melaksanakan evaluasi pembelajaran, peneliti mencoba merefleksi kembali berdasarkan data yang diperoleh, dilihat dari kesulitan anak. Peneliti mencoba menemukan tingkat kelemahan dan kelebihan yang dialami peneliti pada kegiatan tersebut. Anak kurang memahami isi cerita sehingga dalam menyampaikan/menceritakan kembali cerita, anak belum lancar dalam bahasanya. Hal ini menimbulkan kesulitan anak dalam berkomunikasi pada teman atau orang lain.
                                 










PENILAIAN SIKLUS I
Tabel 4.3
Hasil Penilaian Siklus I
No
Nama
Penilaian Peneliti
Pemahaman Anak
Daya Imanjinasi
1
Aisha resta
C
C
A
2
Aisha Putri A.
A
A
A
3
Aisyah Zukhruf
B
B
C
4
Anifa Laora S.
B
A
A
5
Balqis Auraning P.
B
B
A
6
Bayu Triatmojo
C
B
A
7
Ilham Pratama
B
A
A
8
M. Farid Rizkieyadi
B
A
A
9
Mada Ulung J.
C
C
B
10
Putri Cahya Mukti
A
A
B
11
Rahma Pambudi
A
A
B
12
Rizky Agung L
B
B
C
13
Suci Luviati
C
C
C
14
Terentia bunga S.
B
C
C
Keterangan :
A    Sangat Baik
B     Baik
C     Cukup



2.      Program Kegiatan Siklus II
Berdasarkan refleksi pada siklus I, peneliti menyimpulkan perlu adanya tindak lanjut pada siklus II. Pelaksanaannya sama seperti yang pernah dilaksanakan pada siklus I. Kegiatan pengembangan yang akan dilaksanakan pada siklus II diharapkan lebih optimal.
3.         Tahap Perencanaan
Peneliti merancang kegiatan yang akan dilaksanakan, pertama menyiapkan cerita yang sesuai dengan tema yang disukai anak-anak. Penataan ruangan disiapkan agar suasana tampak berbeda dari biasanya, alat peraga yang akan dipakai ditempel atau dipajang di sekitar ruangan atau di depan ruangan. Setelah alat peraga dan persiapan lain sudah selesai, anak-anak duduk diatas karpet menghadap kedepan berhadapan dengan guru.
4.         Tahap Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan
Peneliti melaksanakan kegiatan dengan tujuan untuk mengatasi kesulitan belajar anak. Setelah semua persiapan sudah disiapkan, guru menggunakan apersepsi terlebih dahulu.
a.       Kegiatan awal 30 menit.
Anak-anak berbaris, berdo’a dan mengucapkan salam.
b.      Kegiatan inti 60 menit.
Langkah-langkah yang dilaksanakan pada kegiatan bercerita adalah :
1)      Apersepsi
Apersepsi bisa dilaksanakan dengan percakapan sederhana kepada anak, guru mengajak anak-anak bercakap-cakap tentang seputar isi cerita yang akan dibacakan, dengan tujuan untuk memancing perhatian anak. Selain dengan percakapan guru dapat membangkitkan semangat anak dengan tepuk tangan, misal “tepuk diam” (prok…prok…prok…3x diam).
2)      Mendengarkan cerita.
Guru mulai bercerita dengan membacakan judul cerita, satu persatu cerita dibacakan oleh guru dengan intonasi suara tokoh dan ekspresi wajah yang berbeda-beda. Perubahan ekspresi wajah dan intonasi suara dapat memberikan gambaran peristiwa yang membuat cerita semakin menarik sehingga suasana cerita menjadi semakin hidup. Guru mengajak anak-anak humor disela-sela ceritanya dan juga menjadikan anak sebagai tokoh dalam ceritanya.
3)      Setelah selesai bercerita guru memberikan pertanyaan          sederhana seputar cerita, siapa tokoh dalam cerita, dimana tempat ceritanya dan sebagainya. Begitu juga anak-anak dipersilahkan bertanya kepada guru atau temannya tentang cerita tadi, untuk mengetahui sampai dimana kemampuan anak mengingat sebuah cerita yang sudah dibacakan.
4)      Guru memberikan kesempatan pada anak untuk menceritakan kembali cerita yang sudah dibacakan. Anak-anak maju satu persatu didepan kelas untuk menceritakan kembali cerita.
5)      Istirahat 30 menit.
6)      Cuci tangan.
7)      Do’a mau makan.
8)      Makan bekal sendiri.
9)      Do’a sesudah makan.
10)  Bermain dihalaman sekolah.
c.       Penutup 30 menit.
1.        Ulasan kegiatan sehari.
2.        Berdo’a, mengucapkan salam.
3.        Pulang.
d.      Tahap Pelaksanaan Observasi
Observasi dilaksanakan oleh peneliti dengan wawancara, lembar penilaian kognitif untuk mengembangkan kemampuan anak. Pelaksanaan observasi melalui wawancara dengan anak atau orang tua murid dilakukan peneliti setelah anak-anak selesai mendengarkan cerita. Anak yang pemahaman bahasanya baik dapat menyampaikan/mengaktualisasikan cerita dalam bentuk kegiatan yang lain. Dalam penilaian perkembangan bahasanya, guru memberikan pertanyaan seputar cerita yang sudah dibacakan seperti siapa tokoh dalam cerita tersebut, dimana tempat ceritanya, hikmah yang diambil dan sebagainya. Wawancara yang dilakukan peneliti pada orang tua murid sebagian besar dari mereka merasa senang sekali dengan adanya optimalisasi pelaksanaan metode cerita karena dapat mengembangkan bahasa dan imajinasi anak, hal ini terbukti dengan berubahnya pola berpikir anak saat beraktifitas di rumah atau di sekolah. Perubahan berpikir anak juga terlihat saat kegiatan yang lain dilaksanakan di sekolah, seperti menggambar bebas, mereka lebih bereksplorasi dalam menggambar.
e.       Tahap Pelaksanaan Refleksi
Setelah pelaksanaan tindakan dilakukan, peneliti melakukan analisis mengenai hasil observasi anak dan hasil wawancara, dengan tujuan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari tindakan pelaksanaan pembelajaran. Pelaksanaan refleksi yang dilakukan peneliti dengan mengambil kesimpulan dari jawaban anak-anak saat tanya jawab dilakukan oleh guru, mereka dapat menjawab dengan baik dan dapat mengungkapkan imajinasinya dalam bentuk kegiatan yang lain. Ada juga anak yang belum dapat menjawab dan mengungkapkan apa yang ada dibenaknya ke dalam bentuk kegiatan yang lain tetapi guru tetap memberikan motivasi pada anak agar dapat menyesuaikan dengan yang lain.















PENILAIAN SIKLUS II

Tabel 4.5
Hasil Penilaian Siklus II
No
Nama
Penilaian Peneliti
Pemahaman Anak
Daya Imanjinasi
1
Aisha resta
C
A
B
2
Aisha Putri A.
A
A
A
3
Aisyah Zukhruf
B
C
A
4
Anifa Laora S.
A
B
A
5
Balqis Auraning P.
A
A
A
6
Bayu Triatmojo
C
A
A
7
Ilham Pratama
A
B
A
8
M. Farid Rizkieyadi
A
A
A
9
Mada Ulung J.
B
C
B
10
Putri Cahya Mukti
A
A
A
11
Rahma Pambudi
A
A
A
12
Rizky Agung L
B
A
A
13
Suci Luviati
C
B
C
14
Terentia bunga S.
B
B
B
Keterangan :
A    Sangat Baik
B     Baik
C     Cukup


C.       Diskripsi Data
1.         Data Siklus I
Kegiatan pada siklus I dilaksanakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan anak terhadap kegiatan pembelajaran bercerita untuk mengembangkan bahasa dan imajinasi anak TK Muslimat Nurul Fahmi Kalikeji-Bulakan. Berikut ini disajikan data awal tingkat keberhasilan anak setelah pelaksanaan kegiatan bercerita untuk mengembangkan bahasa dan imajinasi anak, yaitu sebagai berikut : Tabel hasil anak, tabel rekapitulasi penilaian kemampuan anak.

Tabel  4.8
Hasil rekapitulasi penilaian kemampuan anak Siklus I
No
Nilai
Kegiatan Pengembangan Pembelajaran
Penilaian Peneliti
Pemahaman Anak
Daya Imanjinasi
f
%
f
%
f
%
1
A
7
50%
6
43%
7
50%
2
B
4
28%
4
28%
3
21%
3
C
3
21%
4
28%
4
28%

2.         Data Siklus II
Kegiatan pada siklus II dilaksanakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan anak terhadap kegiatan pembelajaran bercerita untuk mengembangkan bahasa dan imajinasi anak TK Muslimat Nurul Fahmi Kalikeji-Bulakan. Berikut ini disajikan data awal tingkat keberhasilan anak setelah pelaksanaan kegiatan bercerita untuk mengembangkan bahasa dan imajinasi anak, yaitu sebagai berikut : Tabel hasil anak, tabel rekapitulasi penilaian kemampuan anak.
Dari perkembangan siklus II digambarkan dengan diagram hari ke-1 sampai hari ke-6 sebanyak 14 anak dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 4.11
Hasil rekapitulasi penilaian kemampuan anak Siklus II

No
Nilai
Kegiatan Pengembangan Pembelajaran
Penilaian Peneliti
Pemahaman Anak
Daya Imanjinasi
f
%
f
%
f
%
1
A
7
50%
8
57%
10
71%
2
B
4
28%
4
28%
3
21%
3
C
3
21%
2
21%
1
7%

D.        Pembahasan
1.         Siklus I
Berdasarkan pengamatan peneliti dalam perkembangan dan daya imajinasi anak sebagai berikut: anak yang mendapatkan nilai A berjumlah 6 anak, anak yang mendapatkan nilai B berjumlah 6 anak, dan anak yang mendapatkan nilai C berjumlah 2 anak.
2.        Siklus II
Berdasarkan pengamatan peneliti dalam perkembangan dan daya imajinasi anak TK Muslimat Nurul Fahmi Kalikeji-Bulakan mengalami peningkatan, hal ini dibuktikan pada hasil pemahaman anak dan daya imajinasi anak pada penilaian sebagai berikut: anak yang mendapatkan nilai A berjumlah 8 anak, anak yang mendapatkan nilai B berjumlah 5 anak, dan anak yang mendapatkan nilai C berjumlah 1 anak.
Dari siklus I ke siklus II kemampuan berbahasa anak melalui metode bercerita dengan membacakan buku cerita meningkat 14 ٪ yaitu : dari 43 ٪ menjadi 57 ٪
Gambar 5.3
Diagram kenaikan siklus I dan Siklus I
Kenaikan prosentase kemampuan berbahasa anak melalui metode bercerita dengan membacakan buku cerita dapat digambarkan dengan diagram batang ini :


BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A.   Simpulan
Berdasarkan analisa yang dikenakan terhadap data-data yang diperoleh dapatlah diambil kesimpulan bahwa metode pembelajaran di TK Muslimat Nurul Fahmi Kalikeji-Bulakan yang beragam diantaranya  :
 1.  Metode cerita sering dilaksanakan belum membuahkan hasil, maka peneliti membuat penelitian tentang efektifitas penggunaan metode cerita dalam mengembangkan bahasa dan imajinasi anak TK Muslimat Nurul Fahmi Kalikeji - Bulakan.
 2.   Proses bercerita yang biasa dilakukan di taman kanak-kanak adalah guru bercerita dan anak-anak mendengarkan, bahan cerita yang diceritakan beragam. Setelah cerita anak-anak boleh bertanya atau menjawab pertanyaan baik dari guru atau dari teman lainnya.
 3.  Perkembangan bahasa dan imajinasi anak dapat berkembang melalui metode cerita karena adanya keinginan untuk berkomunikasi dan dorongan dari berbagai pihak pada anak. Keberadaan anak yang beragam membuat semakin bannyak pula aktifitas yang perlu dilakukan guru demi memberikan yang terbaik untuk anak. Dorongan dari guru sangat berarti bagi anak karena guru dianggap sebagai figur yang terbaik bagi anak sehingga apapun yang diperintahkan oleh guru akan direalisasikan dalam bentuk aktifitas yang bermacam-macam.
a.       Berdasarkan pengamatan peneliti dalam perkembangan dan daya imajinasi anak TK Muslimat Nurul Fahmi Kalikeji-Bulakan mengalami peningkatan, hal ini dibuktikan pada hasil pemahaman anak dan daya imajinasi anak pada penilaian sebagai berikut: pada siklus I anak yang mendapatkan nilai (●) 6 anak nilai A prosentase 43%, yang mendapatkan nilai ( Ö ) ada 6 anak Nilai B prosentase 43% dan yang mendapat nilai (○) ada 2anak nilai C prosentase 14%, pada siklus II anak yang mendapatkan nilai (●) ada 8 nilai A  prosentase 57%, yang mendapatkan nilai ( Ö ) ada 5 anak nilai B prosentase 36% dan yang mendapat nilai (○) ada 1anak nilai C  prosentase 7%.
Dari siklus I ke siklus II kemampuan berbahasa anak melalui metode bercerita dengan membacakan buku cerita meningkat 14 ٪ yaitu : dari 43 ٪ menjadi 57  ٪.
B.    Saran
Berdasarkan pada kesimpulan tersebut di atas, ada beberapa saran yang penulis akan sampaikan :
1.        Kepada seluruh dewan guru TK Muslimat Nurul Fahmi Kalikeji-Bulakan agar selalu memberikan dorongan dan  motivasi pada anak demi mengembangkan potensi yang ada pada anak.
2.    Kepada wali murid atau orang tua murid agar mengetahui pentingnya memberikan motivasi dan dorongan pada anak melalui bimbingannya         di rumah.
3.     Kepada pengasuh anak agar selalu mengawasi perubahan yang terjadi pada anak terutama dalam perkembangan bahasa dan imajinasinya sehingga dapat memberikan dorongan pada anak.

DAFTAR PUSTAKA
Bachri, S Bachtiar. 2005. Pengembangan Kegiatan Bercerita, Teknik dan Prosedurnya. Jakarta: Depdikbud

Depdikbud. 1994. Program Kegiatan Belajar TK. Jakarta : Depdikbud.

Dhieni, N. 2005. Metode Pengembangan Bahasa. Pusat Penerbitan Universitas Terbuka Tangerang

Gunawan, Tuti. 2007. Buku Panduan Teknik Bercerita. Jakarta: PT PenerbitanSarana Bobo

Hurlock, B Elizabeth. 1995. Perkembangan Anak Jilid I. Jakarta: Erlangga.

Hymes, D. 1974. Foundation in Socioliungstics: An Ethnographioc Approach.Philadelphia : Univercity of Pennsylvania.

Musfiroh, Tadkiroatun. et al. 2005. Cerita dan Perkembangan Anak. Yogyakarta: Novila.

Musfiroh, Tadkiroatun. 2008. Bercerita Untuk Anak Usia Dini. Jakarta : Depdiknas.

Muslich, Masnur, Basennang S., dan Nurchasanah, 1987, 1987. Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung, Jemmars.

Priyatni, Endah Tri. 1997. Pengembangan dan Pemasyarakatan Alat Permainan Sebagai Alat Peraga Interaktif dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia. Malang : IKIP Malang.

River. W.M. 1987. Interactional Language Teaching. Cambridge : Cambridge University Oress.

Sampson, Edward G. 1976. Social Psychology and Contemporary Society. New York: John Willy and Son.W

Mustakim, Nur Muh. 2005. Peranan cerita dalam pembentukan pekembangan anak TK. Jakarta : Depdiknas

Nuraeni,E. dan Ali sofianti.2000. Metode pengembangan kemampuan berbahasa Buku 2. Bandung : PPPG Tertulis
Muakhir, Ali. 2001. Membelah Lautan. Bandung : Nusa Media Utama











LAMPIRAN-LAMPIRAN



YAYASAN MUSLIMAT NURUL FAHMI
KALIKEJI DESA BULAKAN KECAMATAN BELIK
KABUPATEN PEMALANG

SURAT IJIN PENELITIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini Kepala TK Muslimat Nurul Fahmi kalikeji Desa Bulaka Kecamatan Belik Kabupaten Pemalang dengan ini memberikan ijin kepada :
Nama               : Desi kistanti
NPM                :10261712      
Pekerjaan         : Mahasiswi IKIP Veteran Semarang
Untuk melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas bagi siswa kelas B Semester II di TK Muslimat Nurul Fahmi kalikeji Desa Bulakan Kecamatan Belik Kabupaten Pemalang tahun pelajaran 2013/2014 yang akan dilaksanakan mulai tanggal 10 April sampai dengan 10 Juni 2014.
Demikian surat ijin Penelitian Tindakan Kelas ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Bulakan, 22 Mei 2014
Kepala TK Muslimat Nurul Fahmi


Khotimah

Alamat : Dukuh kalikeji, Desa Bulakan Kecamatan Belik Kabupaten Pemalang


SURAT PERYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah in :
Nama               : Desi kistanti
NPM                : 10261712
Jurusan            : SI PG PAUD
Menyatakan bahwa :
Nama               : Nia kurniasih
Jabatan                        : Guru TK
Unit Kerja       : TK Muslimat Nurul Fahmi kalikeji-Bulakan
Adalah teman sejawat yang akan membantu dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang merupakan tugas mata kuliah skripsi.
Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.




Teman sejawat

Nia kurniasih
Bulakan, 22 Mei 2014

Yang membuat pernyataan
Mahasiswi

Desi kistanti


SURAT PERNYATAAN
KESEDIAAN SEBAGAI TEMAN SEJAWAT
DALAM PENYELENGGARAAN PTK
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama                                : Nia kurniasih
Tempat Mengajar             : TK Muslimat Nurul Fahmi
Alamat Sekolah                : Dukuh kalikeji, Desa Bulakan, Kecamatan Belik, Kabupaten   Pemalang
Menyatakan bersedia sebagai teman sejawat untuk mendampingi dalam pelaksanaan PTK atas nama      :
Nama                               : Desi kistanti
NPM                               : 10261712
Jurusan                             : PG PAUD
Alamat Sekolah                : Dukuh kalikeji, Desa Bulakan, Kecamatan Belik, Kabupaten   Pemalang
Demikian surat pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Mengetahui
Kepala TK Muslimat Nurul Fahmi



Khotimah
Bulakan, 8 Mei 2014
Teman sejawat




Nia kurniasih